MALANG - Muncul pertanyaan, di manakah letak ibu kota Kerajaan Singasari yang sudah lenyap itu? Arkeolog memberikan bocoran perkiraan lokasi ibu kota sekaligus istana nan kokoh dari Kerajaan Singasari.
Arkeolog Universitas Negeri Malang (UM), Ismail Lutfi mengungkapkan, wilayah di Kutobedah, yang kini masuk wilayah Kelurahan Kotalama, Kota Malang menjadi ibu kota Kerajaan Singasari di masa lalu. Hal ini berdasarkan bukti sejarah baik dari arkeologis, toponimi, dan kajian di tempat yang diduga kuat ibu kota tersebut.
"Dugaan terkuat secara arkeologis toponimi dan penyelaman di tempatnya itu di Kutobedah," ucap Lutfi kepada MNC Portal, pada Kamis (7/7/2022) pagi.
Ia menjelaskan, dari interpretasi dari naskah Kakawin Negarakertagama lokasi Kutobedah cocok dengan penjelasan kitab karangan Mpu Prapanca ini. Pasalnya di Kutobedah terdapat dua sungai besar dan adanya dugaan benteng yang berdiri di sisi utara sungai.
"Itu merupakan tempuran dua sungai besar, jadi sangat aman, musuh dari barat tertahan sungai, dari selatan tertahan sungai, dari timur tertahan sungai, tinggal yang terbuka dari utara. Dan di sana ada dugaan sisa bentengnya. Ibu kota dugaan kuat di sana," tuturnya.
Hal ini juga diperkuat cerita dari masyarakat, adanya sebuah dinding yang bedah menganga secara toponimi. Dari sanalah akhirnya wilayah tersebut kini berubah nama menjadi kawasan Kutobedah.
"Kalau melihat peta lama peta tahun 1880 itu masih ada namanya Kutorejo di situ, yang sekarang jadi Kutobedah sangat mungkin itu adalah Kutaraja yang lama. Jadi hubungan antara letak geografis tempuran sungai aman dari serangan musuh, yang kedua toponimi dan tinggalan arkeologisnya nyambung semua," katanya.
"Masyarakat merekam dalam nama lokal Kuto bedah, nama kunonya kutaraja. Mengapa Kuto bedah karena Kuta atau dindingnya itu bedah, menganga dirusak. Jadi itu rekaman masyarakat yang penting toponimi," ujar Lutfi.
Sayang dugaan lokasi ibu kota Kerajaan Singasari kini sudah berubah menjadi permukiman padat penduduk. Diduga kuat bangunan istana kerajaan pun telah hilang seiring dengan masuknya banyak warga.
Editor : Hadi Widodo