Pemalang, inewsPantura.id
Sabtu, 16/11/2024
Ribuan warga di Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, hingga kini masih mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Warga bahkan rela antre panjang dan berebut ketika bantuan air bersih tiba di kawasan lereng Gunung Slamet.
Kondisi ini sangat dirasakan oleh warga Desa Gombong. Meski beberapa kali hujan turun, ketersediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan minum masih sangat minim.
Puluhan warga langsung membawa jerigen dan antre panjang ketika bantuan air bersih tiba. Mereka mengandalkan bantuan dari pemerintah maupun kelompok masyarakat yang peduli.
Salah satunya adalah bantuan yang diberikan oleh lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) dan Yayasan Ada Orang Baik (AOB). Bantuan berupa empat tangki air bersih tersebut dibagikan secara gratis kepada warga.
Menurut Mulyoto, koordinator lapangan Sahabat Relawan INH Kabupaten Pemalang, bantuan ini sangat penting untuk meringankan beban warga. Pasalnya, jika tidak ada bantuan, warga harus membeli air bersih dengan harga Rp2.500 hingga Rp5.000 per jerigen berkapasitas 30 liter.
"Setiap rumah setidaknya membutuhkan satu jerigen air bersih per hari untuk memasak dan minum, dan kebutuhan ini bisa meningkat jika ada kebutuhan mendesak lainnya, " jelasnya.
Ia mengatakan, selain di Kecamatan Belik distribusi air bersih ini juga akan dilakukan diwilayah lainya di Kabupaten Pemalang, seperti Kecamatan Warungpring, Pulosari dan Watukumpul.
"Kegiatan ini merupakan kolaborasi kedua lembaga kemanusiaan yakni INH dan Adaorangbaik, semoga bantuan ini bisa bermanfaat dan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup," jelasnya.
Salah seorang warga, Sulaiman, mengaku sangat terbantu dengan adanya bantuan air bersih ini.
"Kesulitan air selalu terjadi di desa ini, kami berharap bantuan serupa dapat terus dilakukan hingga kondisi air bersih di daerahnya membaik," jelasnya.
Sementara itu Witro, Sekretaris Desa Gombong, menyatakan bahwa kawasan lereng Gunung Slamet, terutama Kecamatan Belik dan Pulosari, selalu mengalami krisis air bersih terutama dimusim kemarau.
"Kesulitan air bersih masih terjadi, hal ini disebabkan tidak adanya mata air maupun jaringan PDAM di wilayah pegunungan tersebut," jelas Sekdes.
Warga hanya bisa mengandalkan air hujan yang ditampung atau membeli air dari pedagang keliling untuk memenuhi kebutuhan harian mereka.
Bantuan dari berbagai pihak menjadi harapan utama warga untuk bisa bertahan di tengah krisis air bersih yang terus melanda kawasan ini.
Editor : Suryo Sukarno