Dihantui Krisis Ekonomi, Warga Rusia Rebutan Gula dan Berbagai Bahan Makanan

RUSIA - Panic buying terjadi di supermarket di seluruh Moskow, warga berebut kebutuhan makanan dan gula.
Warga Rusia khawatir dan dihantui krisis pasokan pangan karena sanksi internasional akibat invasi ke Ukraina mulai menghantam pasokan vital.
Warga Rusia terekam berebut gula di toko Perekryostok di utara ibu kota. Anna, seorang warga setempat yang merekam keributan tersebut, mengatakan kepada media Podyom bahwa orang-orang berperilaku agresif karena mereka takut dengan rak-rak makanan yang kosong.
Mereka takut akan potensi krisis ekonomi yang parah yang dipicu oleh sanksi hukuman yang telah membuat nilai mata uang rubel jatuh.
“Ada rak kosong - tanpa garam, tanpa gula, tanpa pasta, tanpa soba, dan hanya nasi yang mahal,” jelasnya.
“Orang-orang tiba-tiba melihat box berisi gula dan berlari ke arahnya,” lanjutnya.
“Mereka menyerang boks ini, saling mendorong dengan agresif,” katanya.
“Mereka meraih sebanyak mungkin untuk diri mereka sendiri, tidak meninggalkan gula untuk yang lain,” ujarnya.
“Saya ingin berbagi kengerian itu. Kita harus tetap menjadi manusia,” tambahnya.
Rebutan gula juga terlihat di Oryol, 230 mil selatan ibukota, ketika orang-orang berebut gula sebelum kehabisan.
Warga Rusia telah didesak untuk tidak panik membeli atau menimbun tetapi ada kurangnya kepercayaan pada jaminan resmi bahwa pasokan akan bertahan meskipun ada sanksi Barat atas perang Vladimir Putin di Ukraina.
Jaksa Rusia telah memulai pemeriksaan di 26 wilayah atas kecurigaan harga yang terlalu tinggi dan beberapa toko mulai menjatah jumlah yang dapat dibeli orang.
“Tidak ada gula selama tiga hari, saya sudah mencoba untuk berbelanja selama ini. Apakah kita meminta terlalu banyak?,” terang seorang penduduk setempat di Kiselevsk, Siberia.
“Tidak ada gula, tidak ada garam, tapi rak kosong. Apa ini? Defisit yang dibuat secara artifisial? Orang-orang liar melakukan pembelian panik?,” lugasnya.
Di wilayah Primorsky, permintaan gula naik 400 persen karena pihak berwenang meminta diakhirinya panic buying.
“500 ton gula diharapkan akan segera dikirim ke wilayah tersebut,” kata kementerian perdagangan setempat.
“Jumlah ini harus menutupi kemungkinan kekurangan,” tambahnya.
Meskipun demikian, Rusia telah memblokir ekspor biji-bijian ke negara-negara bekas Soviet dan menghentikan ekspor "gula tebu putih dan mentah ke negara-negara ketiga".
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri (PM) Viktoria Abramchenko mengatakan tidak ada kondisi untuk risiko kekurangan atau pengurangan produk.
"Tidak ada gunanya menaikkan permintaan buatan dengan pembelian untuk masa depan,” ujarnya.
"Kami akan reorientasi pasar dan membangun perdagangan yang saling menguntungkan, memperluas jaringan kemitraan kami dengan negara-negara sahabat,” pungkasnya.
Editor : Hadi Widodo