Salah satu Karomah waliyullah Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Alaydrus Luar Batang Jakarta adalah menjadi imam sholat setiap malam meskipun raga beliau terkurung di dalam penjara.
Saat itu pelabuhan Sunda Kelapa telah dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan terbesar di Jawa. Habib Husein pun mendirikan tempat ibadah kecil untuk dirinya dan pengikutnya. Namun, makin hari makin banyak yang ingin mendalami ajaran agama Islam. Diperluaslah tempat ibadah tersebut menjadi sebuah masjid.
Makin hari makin banyak pendatang yang bermukim di sekitar kediaman Habib Husein, tapi hal tersebut membuat para pemimpin curiga akan dapat mengganggu kedudukannya sebagai pemimpin. Lalu dijatuhilah Habib Husein dan pengikutnya untuk dibawa ke penjara.
Dibawanya Habib Husein dan pengikutnya ke Penjara Glodok. Selama berada di penjara, banyak keluarga serta kerabat yang menjenguk dengan membawakan makanan serta buah-buahan. Di penjara, Habib Husein ditempatkan di sel yang sempit, sedangkan yang lainnya ditempatkan di ruang besar yang telah padat dengan tahanan lain.
Para petugas tahanan merasa heran melihat Habib Husein setiap tengah malam hingga menjelang subuh mengimami sholat dalam ruangan besar rumah tahanan itu. Masyarakat di luar pun ikut serta bermakmum. Tapi saat bersamaan, para petugas tahanan mendapatkan Habib Husein sedang tidur nyenyak di dalam kamarnya yang selalu terkunci.
Setelah kejadian itu, Kompeni Belanda meminta maaf atas penahanan tersebut, lalu membebaskan Habib Husein beserta pengikutnya, sebab memang tidak ada alasan hukum yang kuat untuk menahannya.
Habib Husein pun pernah menitipkan pesan kepada seorang pejabat Belanda bahwasanya anaknya akan menjadi seorang yang besar. Terbukti, usai pendidikan di negeri Belanda, anaknya tersebut diberi jabatan sebagai gubernur di Batavia. Ayahnya pun merasa berhutang budi dan telah menitipkan wasiat kepada anaknya agar memberikan hadiah uang dalam jumlah besar.
Habib Husein pun menerima uang tersebut lalu dilemparkannya ke laut yang dipercaya akan sampai ke ibunya. Gubernur yang merasa Habib Husein melakukan tindakan yang tidak masuk akal pun menyuruh bawahannya untuk mencari uang tersebut di laut, tetapi hasilnya nihil. Tidak ada satu pun uang yang tersisa di laut itu.
Masih ragu akan Habib Husein, gubernur tersebut mengutus seseorang untuk datang ke negeri Yaman untuk membuktikan apakah uang tersebut sampai di ibunya. Setelah kembali, utusannya itu memberi tahu bahwa uang tersebut telah diterima ibunda Habib Husein.
Habib Husein pun diberikan sebidang tanah oleh Gubernur Batavia tersebut untuk tempat tinggal serta peristirahatan terakhirnya. Habib Husein wafat pada 17 Ramadhan 1169 Hijriah atau 27 Juni 1756 Masehi. Catatan ini diperoleh dari Masjid Luar Batang Jakarta yang berdiri di antara tahun 1716 sampai 1756 Masehi.
Editor : Hadi Widodo