Memasuki musim kemarau, kenaikan suhu udara di sejumlah wilayah di Indonesia sangat terasa. Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) selama periode 1-7 Mei 2022 suhu udara mencapai 33-36,1 derajat Celcius.
Tingginya suhu udara membuat tubuh terasa mudah gerah dan memicu munculnya berbagai masalah kesehatan. Namun, hal yang perlu diwaspadai adalah masalah kesehatan pada anak-anak.
Dr. Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K) Ketua UKK Infeksi Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia, dalam webinar IDAI (Selasa, 10/5/2022) mengatakan, dalam cuaca ekstreme ini tubuh anak-anak rentan terhadap sejumlah penyakit.
"Suhu udara tinggi artinya kering. Kalau kering itu biasanya kebersihan air yang kita paling concern. Demam biasanya sangat bisa terjadi dan nanti hubungannya dengan perut," tuturnya.
Selain itu, ia juga menengarai daerah kering rawan pula terhadap munculnya penyakit yang disebabkan nyamuk, seperti dengeu atau demam berdarah dan malaria. Kawasan rawa-rawa merupakan kawasan yang paling rawan terhadap dua penyakit itu.
"Kalau DBD antara musim kemarau ke hujan atau hujan ke kering. Sekarang ini di Pulau Jawa hujan sebentar kemudian panas, itu dengue bisa terjadi," ujarnya.
Ia mengingatkan agar orangtua selalu memantau dan memperhatikan kecukupan minum anak-anak selama cuaca panas. Kondisi tersebut bisa saja mempercepat dehidrasi.
"Terutama saat berlibur, mereka akan kehausan. Dengan haus, minum sembarangan, lupa cuci tangan, bisa demam. Kalau sudah gitu lihat berapa lama demamnya, ada keluhan lain atau tidak karena kita khawatir penyakit infeksi seperti tipes itu juga bisa terjadi," pungkasnya.
Editor : Ribut Achwandi