JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meresmikan nama-nama jalan baru di Jakarta dengan nama-nama tokoh Betawi pada Senin, 20 Juni 2022. Peresmian ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi dan jasa para tokoh dalam perjalanan Jakarta.
Berikut ini pahlawan nasional asal Betawi yang namanya diabadikan menjadi nama jalan, sebagaimana dikutip dari Okezone:
1. KH Noer Ali
Kiai Haji Noer Ali merupakan pahlawan nasional yang ditetapkan sejak 2006. Pendakwah ajaran agama Islam ini lahir di Bekasi, Jawa Barat pada 15 Juli 1914. Kala itu, Bekasi masih merupakan bagian Batavia.
KH Noer Ali memperdalam ilmu agama Islam dengan tinggal di Makkah selama enam tahun. Perjuangannya melawan penjajah dibuktikan dari peristiwa perlawanan di Pondok Ungu, Bekasi.
Kejadian ini bermula saat pesawat Dakota Sekutu mendarat darurat pada 23 November 1945 di Cakung. Dari peristiwa tersebut, 25 tentara Inggris tewas di tangan pejuang Bekasi. Setelah itu, pasukan penjajah mulai memasuki wilayah Bekasi. Berkat perjuangan sang ulama Betawi ini dalam melawan penjajah, nama KH Noer Ali dijadikan salah satu nama jalan di wilayah Kalimalang, Bekasi.
Nama Ismail Marzuki menjadi salah satu nama jalan yang terdapat di beberapa kota di Indonesia, seperti di Palembang dan Pontianak. Pahlawan nasional yang lahir dan besar di Kwitang, Jakarta Pusat ini dikenal dengan karya-karyanya yang menjadi lagu wajib nasional. Karya pertamanya berjudul “O Sarinah”, dibuat Ismail saat umur 17 tahun. Lagu ini menggambarkan kehidupan masyarakat di masa penjajahan Belanda.
Ismail Marzuki aktif dalam orkes radio pada masa penjajahan Jepang dan melanjutkan musiknya di RRI. Sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan karyanya, pemerintah juga membangun pusat seni dan budaya dengan namanya di Jakarta Pusat.
3. MH Thamrin
Mohammad Husni Thamrin merupakan seorang pahlawan nasional yang lahir di Kampung Sawah Besar, Jakarta pada 18 Februari 1894. Thamrin memiliki darah keturunan Eropa karena sang kakek merupakan orang Inggris yang menikah dengan perempuan Betawi. Ayahnya, Muhammad Tabri, dan ibunya, Nurhamah, merupakan salah satu keluarga terpandang.
Namun Thamrin terbiasa bermain dengan rakyat biasa sejak kecil. Ketika memulai karier politiknya, perhatian kepada rakyat kecil selalu ia tampakkan. Bukti Thamrin membela rakyat kecil dapat dilihat dari berbagai tuntutannya kala berkiprah di Gemeenteraad pada tahun 1919.
Thamrin menuntut pembuatan saluran air di Jakarta, mendesak penghentian perlakuan buruk di Sumatera Timur, serta memperjuangkan istilah inlander menjadi Indonesia atau Indonesisch. Berkat jasanya itu, nama Thamrin dijadikan salah satu nama jalan protokol di Jakarta. Salah satu museum di Jakarta Pusat juga dibuat dengan namanya.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait