Hal ini juga diperkuat cerita dari masyarakat, adanya sebuah dinding yang bedah menganga secara toponimi. Dari sanalah akhirnya wilayah tersebut kini berubah nama menjadi kawasan Kutobedah.
"Kalau melihat peta lama peta tahun 1880 itu masih ada namanya Kutorejo di situ, yang sekarang jadi Kutobedah sangat mungkin itu adalah Kutaraja yang lama. Jadi hubungan antara letak geografis tempuran sungai aman dari serangan musuh, yang kedua toponimi dan tinggalan arkeologisnya nyambung semua," katanya.
"Masyarakat merekam dalam nama lokal Kuto bedah, nama kunonya kutaraja. Mengapa Kuto bedah karena Kuta atau dindingnya itu bedah, menganga dirusak. Jadi itu rekaman masyarakat yang penting toponimi," ujar Lutfi.
Sayang dugaan lokasi ibu kota Kerajaan Singasari kini sudah berubah menjadi permukiman padat penduduk. Diduga kuat bangunan istana kerajaan pun telah hilang seiring dengan masuknya banyak warga.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait