JAKARTA, iNews.id - Tidak semua dari konglomerat di Indonesia lahir sebagai orang kaya. Sebagian dari mereka justru berasal dari keluarga miskin dan hidup melarat.
Mereka harus bekerja keras dan memulai usaha dari nol untuk mengubah nasib. Hasilnya, mereka sukses dan kaya raya. Keluarganya pun kini melanjutkan bisnisnya yang telah menggurita.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini konglomerat RI yang dulu pernah hidup miskin:
1. Ciputra
Ciputra merupakan salah satu konglomerat yang sangat disegani di negeri ini. Dia dikenal sebagai pengusaha properti yang sukses.
Namun untuk mencapai kesuksesannya, pemilik nama asli Tjie Tjin Hoan ini harus berjuang keras. Pasalnya, saat dia masih kecil, sang ayah ditangkap tentara Jepang karena dituduh sebagai mata-mata Belanda. Akibatnya, dia harus membantu ibunya berjualan kue untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Namun kesulitan ekonomi yang tak kunjung berakhir membuat sang ibu terpaksa menitipkannya kepada kakek dan neneknya. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Ciputra melanjutkan pendidikann ke Institut Teknologi Bandung. Sejak di tingkat 4, dia memulai kariernya sebagai arsitek. Bersama dengan seorang teman, Ciputra kemudian membangun kantor konsultan arsitektur di sebuah garasi di Bandung. Setamat kuliah, Ciputra bekerja di Jaya Group yang merupakan BUMD Pemprov DKI. Kemudian bersama dengan Soedono Salim (Liem Soe Liong), Sudwikatmono, Budi Brasali dan Ibrahim Risjad, Ciputra mendirikan Metropolitan Group, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai.
Dia kemudian merintis bisnis sendiri dengan membangun Ciputra Group, yang bergerak di bidang properti dan keuangan, yakni perbankan dan asuransi. Ciputra meninggal dunia di usia 88 tahun pada 22 November 2019 di Singapura. Kini kerajaan bisnisnya dilanjutkan oleh anak-anaknya.
2. Sudono Salim
Bos Indofood yang memiliki nama asli Liem Sioe Liong ini pernah hidup sebagai gelandangan selama beberapa hari ketika awal dia hijrah dari Tiongkok ke Surabaya. Kemudian untuk bertahan hidup, dia bekerja di pabrik pembuatan tahu dan kerupuk.
Setelah itu, dia menjadi penjual cengkeh. Usahanya tersebut sukses berkembang hingga ke pulau Sulawesi dan Sumatera. Namun usaha itu terpaksa berhenti saat Indonesia dijajah Jepang. Di awal kemerdekaan Indonesia, dia mulai merintis usahanya kembali dengan mendirikan Central Bank Asia yang kini dikenal dengan nama Bank Central Asia atau BCA.
Setelah sukses di BCA, dia melebarkan sayap bisnisnya ke industri pangan yang diberi nama PT Bogasari dan produksi makanan dari olahan tepung terigu, yaitu Indofood. Bisnisnya semakin berkembang hingga merambah ke sektor lain seperti Indosiar, Indomobil, Indocement, dan Indomaret. Dia meninggal pada 10 Juni 2012 di Singapura pada usia 95 tahun.
Pendiri Sinar Mas Group ini merupakan salah satu jajaran konglomerat Indonesia semasa hidupnya. Namun, ternyata dia terlahir dari keluarga miskin di Tiongkok. Saat dia berusia 9 tahun, kesulitan ekonomi yang semakin dirasakan membuat orang tuanya memutuskan untuk merantau ke Indonesia, tepatnya ke Makasar.
Dia pun harus membantu orang tuanya yang terlilit utang dengan berjualan biskuit, permen, dan berbagai dagangan lainnya hingga tidak bisa melanjutkan sekolah setelah tamat SD. Tumbuh dewasa, Eka Tjipta Widjaja terus bekerja keras. Bahkan, dia bekerja sebagai buruh pabrik. Berdasarkan pengalamannya tersebut, dia kemudian mendirikan pabrik yang memproduksi natrium bikarbonat hingga menjadi perusahaan yang memproduksi kertas pertama yang bernama Sinar Mas.
Perusahaan Sinar Mas kini memiliki banyak lini, di sektor pulp dan kertas, agribisnis dan makanan, pengembang dan real estat, jasa keuangan, telekomunikasi dan data, serta energi dan infrastruktur hingga bisnis digital ventures. Setelah kepergiannya pada 26 Januari 2019 di usia 98 tahun, gurita bisnisnya dijalankan keluarga. Bahkan, Widjaja keluarga masuk dalam peringkat ke-2 orang terkaya di Indonesia versi Forbes tahun lalu.
4. Bob Sadino
Bob Sadino adalah salah satu pengusaha sukses yang membangun bisnisnya dari nol. Sebelum sukses menjadi pengusaha, dia sempat bekerja sebagai seorang karyawan. Namun dia resign untuk merintis usaha. Sayangnya, dia mengalami beberapa kegagalan. Dia juga sempat mengalami kecelakaan mobil yang membuat usaha rental mobilnya bangkrut.
Dia sempat mengalami kesulitan ekonomi dan menjadi kuli bangunan untuk memnuhi kebutuhan hidup. Kendati demikian, dia tetap bekerja keras dan akhirnya merintis usaha lagi sebagai penjual telur ayam dari pintu ke pintu. Dimulai dari bisnis jualan telur tersebut, Bob Sadino mengembangkan peternakan ayam ras. Usaha tersebut terus berkembang hingga menjadi usaha perkebunan dan peternakan.
Berkat usahanya tersebut, dia bisa membangun sejumlah perusahaan, antara lain PT Boga Catur Rata, PT Kemang Food Industries atau Kemfood, dan PT Kemfarm Indonesia, serta Kemang Nusantara Travel atau Kem Travel. Dia juga mengembangkan usaha properti bekerja sama dengan Agung Sedayu Grup mendirikan The Mansion at Kemang. Bob Sadino telah meninggal pada 19 Januari 2015. Dia meninggal pada usia 75 tahun. Meski para konglomerat ini telah meninggal dunia, namun kisah hidupnya menginspirasi banyak pengusaha di Indonesia sampai saat ini
Editor : Muhammad Burhan