Kabar baik bagi warga sipil di Mariupol dan Volnovakha yang ingin pergi dari kota tersebut Pemerintah Rusia dan Ukraina menyepakati genjatan senjata sementara agar warga sipil bisa mengungsi.
Genjatan senjata sementara itu pun menjadi kabar baik bagi warga sipil di Mariupol dan Volnovakha yang ingin pergi dari kota tersebut. Saat ini, hanya dua kota di Ukraina ini yang disepakati dalam perjanjian gencatan senjata sementara tersebut.
Genjatan senjata ini menjadi yang pertama sejak Rusia melakukan invansi Ukraina sejak 10 hari lalu.
"Di bawah kondisi penembakan yang terus-menerus dan kejam dari penjajah, tidak ada pilihan selain memberi penduduk kesempatan untuk meninggalkan Mariupol dengan aman," kata Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko dikutip dari BBC Indonesia, Minggu (6/3/2022).
Sudah berhari-hari Mariupol, kota pelabuhan di Ukraina selatan itu telah dikepung pasukan Rusia. Di sisi lain, kota-kota lain di Ukraina juga terus dibombardir.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam keputusan para pemimpin NATO lantaran menolak memberlakukan zona larangan terbang atas pesawat-pesawat Rusia di negaranya.
Setelah bertemu dengan para menteri luar negeri di Brussel, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi itu telah membuat keputusan yang menyakitkan dengan mengesampingkan seruan zona larangan terbang di atas Ukraina.
Zelensky marah atas keputusan itu. "Hari ini kepemimpinan aliansi [NATO] memberi lampu hijau untuk pemboman lebih lanjut di kota-kota dan desa-desa Ukraina," kata dia.
"Semua orang yang mati mulai hari ini juga akan mati karena kalian, karena kelemahan kalian, karena kurangnya persatuan kalian," imbuhnya.
Pertempuran sengit terus berlanjut di utara, timur, dan selatan Ukraina.
Ibu Kota Kyiv menghadapi serangan rudal baru Rusia, dengan ledakan terdengar di sekitar ibu kota, sementara kota pelabuhan tenggara Mariupol telah dikepung dan ditembaki, lalu pemboman berlanjut di kota-kota timur laut Kharkiv dan Chernihiv.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait