Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kondisi tidak normal pada jantung dan atau pembuluh darah besar di dalam dada yang didapat sejak lahir.
Data Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menunjukkan bahwa angka kejadian PJB mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup atau 9 dari 1.000 kelahiran hidup setiap tahunnya.
Masalah utama PJB ada di diagnosa dini dan penanganan, karena tidak meratanya sebaran fasilitas yang dapat menangani PJB di Indonesia. Akibatnya, banyak kasus PJB yang berakhir kematian.
Untuk itu, deteksi dini atau skrining PJB sangat penting dikerjakan. Meski, menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Heartology Cardiovascular Center dr Radityo Prakoso, Sp.JP(K), belum begitu banyak masyarakat yang melek akan pentingnya skrining ini.
"Kesadaran masyarakat akan pentingnya skrining memang belum masif, ditambah lagi belum banyak cardio center yang mampu melakukan upaya skrining PJB," terangnya dalam webinar kesehatan, Sabtu (19/3/2022).
Padahal, sambung dr Radityo, dengan skrining yang tepat dan cepat, tindakan intervensi bisa dilakukan dan meminimalisir terjadinya masalah kesehatan jantung pada bayi.
Upaya skrining atau deteksi dini PJB yang bisa dilakukan ada 3 cara. Menurut dr Radityo, ketiganya memberikan input yang baik untuk kelangsungan hidup anak. Lantas, apa saja upaya deteksi dini yang bisa dilakukan untuk mencepat anak alami PJB?
Skrining ini, kata dr Radityo, dapat mengidentifikasi dan memodifikasi melalui pencegahan dan manajemen, beberapa kebiasaan, tindakan medis tertentu, dan faktor risiko lainnya yang dapat memengaruhi hasil kehamilan. "Skrining jenis ini dilakukan sebelum Anda dan pasangan berencana untuk memiliki anak," kata dr Radityo.
Ia melanjutkan, tindakan deteksi dini yang satu ini melibatkan promosi kesehatan dan kesehatan wanita, serta pasangannya yang mana merupakan pencegahan primer dan langkah penting dalam membentuk masyarakat yang sehat.
Dokter Radityo menjelaskan bahwa saat ini perkembangan bidang kardiologi janin sudah semakin berkembang dan karena itu sebagian besar PJB dapat divisualisasi dengan ekokardiografi fetal pada trimester kedua.
"Dengan melakukan skrining ini, dokter janin memiliki peranan yang penting bukan hanya menegakkan diagnosis, tetapi juga memberikan konseling prenatal untuk membantu pasien," tambah dr Radityo.
Jika Anda terlambat untuk melakukan dua tahapan skrining di atas, maka tindakan intervensi yang bisa dilakukan untuk deteksi dini bayi adalah dengan skrining bayi saat dia lahir.
"Tindakan skrining ini dilakukan dengan mengukur oksimetri denyut bayi. Uji ini memperkirakan jumlah oksigen dalam darah bayi. Skrining dilakukan ketika bayi berusia minimal 24 jam atau setelat-telatnya sebelum bayi dipulangkan ke rumah," ungkap dr Radityo.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait