PEMALANG, iNewsPantura.id – Camilan khas Pemalang, kerupuk rengginang, tetap diburu masyarakat meski momen Lebaran telah usai. Bahkan, permintaan justru meningkat, terutama dari para pemudik yang hendak kembali ke kota perantauan.
Rengginang yang terbuat dari beras ketan dan campuran bumbu rempah ini menjadi buah tangan favorit karena rasanya yang gurih dan renyah. Salah satu sentra produksi rengginang berada di Kampung Mengoneng, Kelurahan Bojongbata, Kabupaten Pemalang.
Citra (30), warga setempat yang merupakan generasi ketiga pembuat rengginang di keluarganya, mengaku telah memproduksi camilan ini sejak lima tahun terakhir bersama orangtuanya. Ia memasarkan dua varian rasa, yaitu manis dan original.
“Awalnya hanya untuk konsumsi keluarga. Tapi karena banyak tetangga yang suka dan minta dibuatkan, akhirnya kami mulai menjualnya,” ujar Citra Jumat (11/4/2025).
Untuk menjaga cita rasa dan kualitas, Citra menggunakan beras ketan impor asal Thailand. Meski harganya lebih mahal, ia mengaku tidak masalah demi hasil yang maksimal.
“Kalau pakai beras lokal teksturnya kurang pas. Saya tetap pilih yang impor supaya pelanggan puas,” ujarnya.
Citra mematok harga Rp40.000 per kilogram untuk rengginang mentah, baik varian manis maupun original. Sementara rengginang matang dijual Rp150.000 per kaleng besar dengan isi lebih dari 2 kilogram.
Salah satu pelanggan tetap, Veny (30), rutin membeli rengginang dari Citra untuk dijual kembali. “Kalau ramai, bisa habis 20 kilogram per hari. Saya jual Rp45.000 per kilo,” ucapnya.
Pasca Lebaran, Citra mengaku bisa menghabiskan 20–30 kilogram beras ketan per hari. Produk buatannya bahkan telah merambah pasar luar daerah seperti Jakarta, Semarang, hingga ke Pulau Sumatra dan Sulawesi.
“Banyak yang bawa rengginang ini untuk oleh-oleh ke Lampung dan Manado,” pungkasnya.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait
