JEPARA, InewsPantura.id - Silago harus kehilangan tempat tinggalnya. Terumbu karang sebagai rumahnya rusak oleh aktivitas manusia. Pasir yang jadi arena bermainnya bersama Barbaron dan Jambrong hilang ditambang.
Kesedihan Silago tak berhenti pada rusaknya kampung halamannya. Silago bersama teman-temannya pun terkena razia jaring iblis. Bahkan, Silago harus menelan pil pahit lantaran dituduh membunuh Kaisar Pom Pom.
Itu sepenggal gambaran lakon Raung Silago yang dipentaskan kelompok Teater Lentera Jepara. Mengangkat isu persoalan bawah laut, pementasan berdurasi 90 menit itu digelar di Kabupaten Batang, Kota Semarang, dan Kabupaten Banjarnegara.
Sutradara sekaligus penulis naskah, Maseko BS, menyampaikan bahwa lakon Raung Silago lahir dari respon awak Teater Lentera Jepara terhadap persoalan perubahan kondisi lingkungan pesisir dan laut. Itu seperti aktivitas penambangan pasir laut, penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, hingga persoalan sampah di pantai dan laut.
"Proses ini kami mulai dari isu-isu persoalan pantai dan laut. Kemudian kami melakukan penelitian sederhana dengan membaca berita-berita dan berdiskusi dengan dosen kelautan perikanan. Kami juga melihat sendiri kondisi pantai saat ini di Jepara seperti apa. Lalu kami diskusikan dengan teman-teman dan jadilah naskah Raung Silago ini," ujar Eko, Jumat, 30 Mei 2025.
Persoalan lain yaitu bergesernya rumah-rumah ikan. Maseko menyampaikan, saat ini ikan-ikan pasir seperti ikan Sillago Sihama atau ikan rejung mengalami pergeseran habitat.
"Seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia atau perubahan kondisi pantai, ikan Rejung atau Silago juga ikan-ikan yang lain jadi jarang ada, sudah geser ke tengah laut," kata Maseko.
Ketua Dewan Kesenian Kota Semarang, Adhitia Armitrianto, mengatakan apa yang ditampilkan Teater Lentera menjadi warna baru perteateran di Semarang. Menurutnya, sampai saat ini masih sedikit kelompok teater yang menyoroti dan menangkap isu-isu ekologi untuk dituangkan dalam bentuk pementasan.
"Ini menjadi warna baru. Dengan menampilkan kehidupan bawah laut dengan segela persoalannya, tokoh-tokoh ikan. Namun, secara teknis pertunjukan masih butuh pembenahan-pembenahan agar maksud dari naskah yang dipentaskan dapat ditangkap penonton," kata Adhitia usai pementasan di aula Kelurahan Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang pada Kamis malam, 29 Mei 2025.
Pentas keliling yang dibiayai Djarum Foundation ini akan diakhir di Kabupaten Banjarnegara. Bertempat di gedung Dewan Kerajinan Nasional Daerah pada Sabtu, 31 Mei 2025. Sebelumnya, Raung Silago berhasil menghipnotis ratusan penonton di Kabupaten Batang pada Sabtu, 17 Mei 2025.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait