MAGELANG, lNewsPantura.id - Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono mengunjungi Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 15 Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (19/7/ 2025). Pada kesempatan tersebut, ia berkeliling meninjau seluruh fasilitas untuk memastikan kebutuhan para siswa dan siswi terpenuhi.
Ia pun sempat makan malam bersama dan memastikan menu yang disajikan bergizi serta porsinya cukup.
"Kalau makannya kurang, bantu lapor nggih sama wali asuh atau kepala sekolah. Ini yang mereka makan ada unsur karbohidratnya, terus sayur-mayur ada, lauk pauk ada, ada jeruk. Ada buah. Jadi, empat sehat," kata Wamensos menjelaskan menu yang dimakannya bersama para siswa.
Pemenuhan kebutuhan dasar berupa sandang, pangan dan papan merupakan fasilitas yang diberikan secara cuma-cuma oleh negara kepada anak-anak yang bersekolah di Sekolah Rakyat. Pemenuhan kebutuhan yang memadai tentunya akan mendukung kelancaran proses belajar-mengajar.
Wamensos menjelaskan bahwa SRMA 15 Magelang merupakan salah satu dari banyak Sekolah Rakyat yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto.
Pembangunan Sekolah Rakyat memiliki tiga tujuan utama, yaitu percepatan pengentasan kemiskinan, memuliakan wong cilik, serta memberikan harapan kepada warga miskin dan miskin ekstrem bahwa anak-anak mereka bisa mengenyam pendidikan setara dengan anak-anak lain.
Anak-anak yang menempuh pendidikan di SRMA 15 Magelang berasal dari desil 1 hingga 3 DTSEN atau miskin dan miskin ekstrem. Ada 50 siswa yang belajar di sana. Rinciannya, 16 laki-laki dan 34 perempuan. Mayoritas orang tua mereka buruh tani dengan penghasilan tidak menentu.
Saat ini, ada dua Sekolah Rakyat di Kabupaten Magelang. Selain SRMA 15 Magelang yang berlokasi di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pamong Praja di Kecamatan Tegalrejo Magelang, ada pula SRMA 43 di Sentra Antasena Magelang.
Jika di SRMA 15 bisa menampung 50 siswa, SRMA 43 di Sentra Antasena mampu menampung hingga 100 siswa yang terbagi ke dalam empat rombongan belajar (rombel).
Kepala SRMA 15 Magelang Anisah Masruroh mengatakan saat ini para siswa tengah menjalani Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Dalam kegiatan yang dimulai sejak 14 Juli tersebut, Anisah belum memfokuskan siswa untuk belajar. Beberapa minggu di awal MPLS ini ia gunakan untuk mengenalkan lingkungan dan menciptakan suasana yang nyaman serta menyenangkan bagi para siswa.
Anisah menjelaskan MPLS berjalan lancar. Akan tetapi beberapa siswa masih memerlukan pembiasaan dan penyesuaian dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, misalnya saja dalam penggunaan toilet. Menurut Anisah, karena berasal dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, sebagian keluarga tidak memiliki toilet yang memadai sehingga mereka pun bingung cara menggunakan toilet.
"Siswa-siswi ini beberapa kan keluarganya tidak memiliki toilet yang layak. Jadi masih ada yang masih bingung cara menggunakannya, terutama toilet duduk," kata Anisah.
Meski begitu, Anisah berpendapat bahwa siswa-siswi di SRMA 15 memiliki semangat belajar tinggi tak hanya dalam pelajaran, tapi juga dalam menerapkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya, anak-anak segera bisa menyesuaikan diri.
Di antara siswa-siswi yang memiliki tekad belajar tinggi tersebut, adalah Muhammad Faiz (18). Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ayah dan ibunya bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan pas-pasan. Sebelumnya, ia sempat bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di daerahnya. Akan tetapi, keterbatasan biaya membuatnya terpaksa putus sekolah.
Saat mengetahui ada kesempatan untuk bersekolah gratis di Sekolah Rakyat, ia pun dengan penuh semangat menyambut. Ia tak keberatan mengulang kelas. Ia bersyukur berkat Sekolah Rakyat, kini ia punya kesempatan untuk bersekolah kembali dan berjuang mewujudkan mimpinya menjadi seorang pengusaha.
"Alhamdulillah ada SR saya bisa sekolah lagi. Jika sudah lulus SR, saya ingin bisa kuliah dan jadi pengusaha agar bisa membantu orang tua saya," tuturnya.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait