BANYUMAS, iNewsPantura.id - Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah berkomitmen agar dakwah tidak hanya hadir di mimbar dan majelis, tetapi juga menyentuh ruang-ruang digital yang dekat dengan anak muda.
MUI kini hadir menjadi lembaga yang akrab dengan berbagai kalangan masyarakat — bukan hanya tokoh agama, tetapi juga generasi muda, pelajar, dan masyarakat umum.
Hal ini disampaikan Dr. Enjang Burhanudin Yusuf, M.Pd, Rabu, (5/10), selaku Ketua Komisi Informatika, Humas, dan Media Massa.
" Komisi kami sedang membangun komunikasi yang lebih terbuka dan dialogis dengan masyarakat luas. Salah satu langkahnya adalah mengaktifkan media sosial resmi dan website MUI Banyumas, yang nantinya akan memuat berbagai kegiatan, pandangan keagamaan, dan edukasi Islam yang menyejukkan," ujar Gus Enjang panggilan akrabnya.
Ke depan, MUI Banyumas juga akan meluncurkan program ‘MUI Menjawab’, yaitu ruang interaktif di mana masyarakat dapat mengajukan pertanyaan seputar keagamaan, sosial, dan kebangsaan, untuk kemudian dijawab langsung oleh para ulama MUI Banyumas.
Dengan cara ini MUI Banyumas berharap semakin dekat dengan masyarakat dan menjadi rujukan yang terpercaya, moderat, dan relevan di era digital.”
“Dalam menyasar anak muda, MUI Kabupaten Banyumas juga ingin menjadikan dakwah lebih dekat dengan seluruh lapisan masyarakat. Kami menyadari bahwa generasi muda hari ini memiliki dinamika, bahasa, dan cara berpikir yang khas, sehingga perlu pendekatan yang relevan dan menyentuh dunia mereka," tambah Gus Enjang.
Karena itu, Komisi Informatika, Humas, dan Media Massa MUI Kabupaten Banyumas bertekad untuk fokus membangun kedekatan dengan anak-anak muda.
Nantinya, program ‘MUI Menyapa Anak Muda’ sebagai wadah interaksi dan pembinaan yang positif. Salah satu bentuk konkretnya adalah pelatihan konten kreator dakwah, agar para remaja, pelajar dan mahasiswa bisa menjadi bagian dari gerakan dakwah digital dengan gaya yang segar, kreatif, dan mudah dipahami oleh sesama anak muda.
MUI Banyumas juga akan mencetak kader-kader ‘ulama muda’ yang mampu berdakwah dengan pendekatan kontekstua serta memahami realitas sosial generasinya namun tetap berpijak pada nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
"Harapannya, dakwah tidak terasa menggurui, tetapi menginspirasi. Dengan begitu, MUI benar-benar hadir di tengah masyarakat, terutama generasi muda, sebagai sahabat spiritual dan rujukan moral yang dapat dipercaya," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Dr. Edi Santoso, dosen FISIP Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang sekaligus pakar komunikasi sosial.
Edi Santoso menilai, selama ini MUI terkesan sebagai wadahnya orang tua dan isu-isunya juga seperti jauh dari kalangan muda.
Padahal, sebagai bagian dari Ummat, GenZ juga butuh perhatian. Bahkan mestinya perhatian lebih, mengingat generasi ini, secara jumlah, besar tetap rawan terhadap terpaan media sosial. Di sisi lain, GenZ juga potensi untuk digerakkan secara konstruktif.
"MUI Banyumas bisa meng-orkestrasi peran GenZ untuk menghadirkan konten-konten yang lebih interaktif dan atraktif. Tentu butuh pendekatan yang berbeda. Jangan menggurui, tapi dorong engagement mereka. Seperti kata Nabi, 'bicaralah dengan bahasa kaummu', maka mendekati GenZ, juga harus memakai bahasa mereka," pungkas Edi.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait
