Rumor tentang kaum milenial sebagai kaum yang ogah bertani bukanlah rumor yang menyenangkan. Tetapi, bukan berarti rumor itu tak perlu disikapi. Justru, rumor semacam itu adalah tantangan yang harus dijawab. Salah satunya, dengan coba menerapkan Urban Farming.
Begitulah ajakan Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kominfo RI, Septriana Tangkary. Tak hanya mengajak generasi muda atau milenial untuk memulai urban farming. Tetapi, ia juga memberikan pemahaman, lewat Urban Farming, generasi muda milenial dapat ikut berperan dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan bagi sekitar.
Tentu, tak sekadar itu. Urban Farming diyakininya pula sebagai salah satu solusi yang dapat menjawab tuntutan ekonomi mereka. Makanya, di dalam menjalankan upaya itu Kementerian Kominfo Republik Indonesia turut memfasilitasi para petani untuk go online.
Pengggunaan aplikasi online ini diharapkan dapat memberi dukungan kepada para petani agar dapat memasarkan produknya secara online. Selain itu, hal ini juga dapat mendekatkan anak-anak muda milenial dengan dunia pertanian. Dengan begitu, dunia pertanian akan kembali bangkit dan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi petani.
“Ini suatu kesempatan kita. Peluang kita. Di samping pertanian, UMKM juga meningkat. Guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan,” kata Septriana dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Jumat (15/4/2022).
Hal itu disambut baik pula oleh Kepala Dinas Pertanian Semarang, Hernowo Budi Luhur. Berdasarkan data yang ada, Semarang memiliki luas demografis sekitar 373,7 kilometer persegi. Sekitar 31,8 persen atau 118,96 kilometer persegi merupakan lahan pertanian, dengan luas sawah 22,19 kilometer persegi.
Dengan cakupan luas tersebut, ia meyakini penerapan Urban Farming di Semarang dapat membuka lapangan kerja baru. Terutama bagi generasi muda di perkotaan. Selain itu, Urban Farming juga dapat menjadi pemasok pasar makanan untuk menyediakan tambahan pekerjaan dan pendapatan.
“Kita di Semarang itu punya Urban Farming Corner. Di sana siapa pun bisa berlatih pertanian. Kita juga sediakan barang dagangan seperti pupuk dalam skala kecil untuk kebutuhan-kebutuhan pertanian dalam skala kecil,” ucap Hernowo.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Dwi Retno Lukiwati mengungkapkan, sistem Urban Farming sangat ramah lingkungan, ekonomis, dan mendukung ketahanan pangan dalam lingkup keluarga. Sistem ini juga dapat membuka peluang usaha baru untuk menambah pendapatan keluarga.
“Tanaman sayuran bisa dimanfaatkan untuk sumber ketahanan pangan keluarga. Budi daya ikan sekala kecil juga bisa dimanfaatkan dalam lingkup keluarga. Kalau sekala besar nanti bisa dikomersialkan dan menambah pundi-pundi ekonomi kita,” kata Retno.
Diketahui Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani per 2019 mencapai 33,4 juta orang. Adapun dari jumlah tersebut, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya 8 persen atau setara dengan 2,7 juta orang. Jadi, penurunan jumlah petani muda mencapai 415.789 orang.
Kemudian, sekitar 30,4 juta orang atau 91 persen berusia di atas 40 tahun, dengan mayoritas usia mendekati 50-60 tahun. Kondisi ini kian diperparah dengan penurunan jumlah regenerasi petani muda. Dalam data yang sama, dari periode 2017-2018, penurunan jumlah petani muda mencapai 415.789 orang.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait