PEKALONGAN, iNewspantura.id – Tak ingin predikat Kota Keratif Dunia dicabut, Pemerintah Kota Pekalongan mulai seriusi masalah limbah industri batik. Hingga saat ini, opini yang berkembang di masyarakat kerap menyoroti masalah tersebut. Tak jarang, opini tersebut memberikan citra negatif bagi predikat prestise yang disandang Kota Pekalongan.
Tanggap terhadap masalah tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan mengupayakan penanganannya. Seperti diungkap Pengendali Dampak Lingkungan Muda, Dinas Lingkungan Hidup Kota Pekalongan, Hadi Riskiyanto, upaya tersebut sebenarnya sudah dilakukan dengan penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal yang tersebut di empat titik wilayah. Yaitu, di Banyurip, Jenggot, Pringlangu, dan Kauman. Keempat wilayah tersebut merupakan kawasan sentra industri batik di Kota Pekalongan.
Kendati demikian, penyediaan IPAL Komunal, sebagaimana diakui Hadi, tidaklah cukup mampu mengurai permasalahan limbah. Selain karena persebaran industri batik yang dapat merangsek ke wilayah permukiman warga, akses untuk penggunaan IPAL Komunal pun masih terbatas.
Mengatasi masalah tersebut, DLH Kota Pekalongan lantas berupaya melakukan terobosan lain. Yaitu dengan menyediakan layanan jasa penyedotan limbah. Anto menyebutkan, saat ini pihaknya telah menyediakan armada truk penyedot limbah yang siap dioperasikan ke seluruh wilayah Kota Pekalongan.
Namun demikian, Anto menjelaskan, pemanfaatan armada truk penyedot limbah ini hanya bisa dilakukan kepada rumah industri batik yang telah memiliki tempat penampungan limbah sendiri. Setelah itu, pemilik industri batik bisa mengajukan surat permohonan yang dilayangkan kepada DLH Kota Pekalongan untuk dapat ditindaklanjuti.
“Kami berharap, dengan adanya layanan truk penyedot limbah itu, limbah-limbah yang dihasilkan sektor industri khususnya batik bisa semakin dikelola dengan baik dan terkendalikan, sehingga tidak mencemari lingkungan,” tutur Anto.
Anto menjelaskan, layanan jasa penyedot limbah ini dibanderol Rp 120 ribu/jam. Besaran tarif ini berdasarkan perkiraan volume limbah yang disedot rata-rata mencapai 1 tangki armada atau sebanyak 4 meter kubik.
Editor : Ribut Achwandi