get app
inews
Aa Read Next : Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekalongan Maju Pesat Lampaui Rerata Jateng

Cerita Rakyat Pemalang Jawa Tengah, Asal Usul Pantai Widuri dari Kisah Cinta Nyai Pedaringan

Selasa, 23 November 2021 | 20:43 WIB
header img
Cerita Rakyat pemalang Jawa Tengah asal usul Pantai Widuri. (Foto:ist)

PEMALANG, iNews.id - Cerita rakyat Pemalang Jawa Tengah mengulas Asal Usul Pantai Widuri. Pantai yang menjadi ikon Kabupaten Pemalang tersebut, memiliki asal usul menarik serta menyimpan makna mendalam.

Konon pada zaman dahulu kala, kawasan pantai utara di bagian barat Jawa Tengah ada sebuah gubuk kecil yang dihuni sepasang suami istri yang bernama Kaki dan Nyai Pedaringan.

Jalinan kasih antara mereka berdua sangat kuat, sampai-sampai membuat warga sekitar merasa ikut berbahagia. Mereka mempunyai perbedaan usia yang cukup jauh. Usia Nyai Pedaringan masih sangat belia, sedangkan usia Ki Pedaringan sudah melebihi setengah abad. 

Namun karena kuatnya cinta mereka, berbeda usia tidak bisa menghalangi mereka untuk hidup berbahagia. Ki Pedaringan dikenal sebagai sosok pekerja keras yang bekerja sebagai petani palawija dan semangka. 

Pada suatu ketika, Nyi Pedaringan sedang menyiapkan sarapan untuk sang suami yang hendak pergi ke ladang. Setelah keduanya selesai sarapan, Ki Pedaringan langsung bergegas menuju ke ladang. Ia takut matahari semakin terik karena jarak ladang dengan gubuknya sangat jauh. 

Selang kepergian Ki Pedaringan, tak lama datang sosok pemuda dengan paras yang sangat tampan. Tetapi keadaan lengannya tertancap keris pusaka. Nyi Pedaringan kaget melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya dengan keadaan terluka. "Siapa lelaki itu?," tanyanya dalam hati.

Si pemuda melihat raut muka Nyi Pedaringan kebingungan kemudian ia segera memperkenalkan diri. "Perkenalkan saya Pangeran Purbaya, saya punggawa dari Kerajaan Mataram yang sedang melaksanakan tugas memberantas pemberontakan yang dipimpin Salingsingan di Cirebon,” ucapnya. 

Rupanya ada pasukan yang dipimpin oleh Salingsingan ingin menguasai Tanah Jawa dari Mataram, maka dari itu utusan dari Kerajaan Mataram langsung turun tangan untuk menggagalkan niat para pemberontak.

Sesuai dugaan, pasukan yang dipimpin Salingsingan berhasil dilumpuhkan Pangeran Purbaya. Tetapi dengan meninggalkan luka pada lengannya. Dalam perjalanan kembali ke kerajaan, Pangeran Purbaya melihat sebuah gubuk yang berpenghuni. 

Lalu ia berpikir untuk mengobati lukanya terlebih dahulu disana. "Apakah saya boleh mengobati luka saya di sini?" tanya sang pangeran yang kemudian dipersilakan Nyai Pedaringan.

Kelanjutan cerita rakyat Jawa Tengah, asal usul Pantai Widuri, Nyai Pedaringan mengambil obat-obatan yang dibutuhkan dan membantu mengobati Pangeran Purbaya. Setelah selesai, Pangeran Purbaya mengucapkan terima kasih dan meninggalkan sebuah keris pusaka yang bernama Simonglang agar dijaga dan dirawat Nyai Pedaringan. 

"Terima kasih atas bantuanmu, saya tinggalkan keris pusaka ini untuk dijaga dan dirawat. Saya berharap keris pusaka ini bisa menjadi pusaka daerah ini dan hanya boleh dimiliki oleh keturunan Pedaringan,” kata Pangeran Purbaya.

Nyai Pedaringan menerima keris pusaka itu dengan senang hati, ia berjanji akan menjaga dan merawat keris Simonglang itu. "Tidak ada seorang pun yang berhak mengambil keris ini, kecuali saya Pangeran Purbaya,” ucapnya sebelum melanjutkan perjalanannya ke selatan menuju Kerajaan Mataram.

Saat berada di perjalanan, Pangeran Purbaya melewati sebuah sungai kecil yang melintang jika dalam bahasa Jawa berarti malang. Ia melihat sungai itu dari arah timur ke barat lokasinya sangat dekat dengan lautan. Kemudian ia memiliki ide untuk menamai daerah tersebut sebagai Pemalang.

Sementara itu, langit menandakan akan gelap. Tak lama, Ki Pedaringan sampai di gubuknya. Ia datang dengan perasaan kesal karena Nyai Pedaringan tidak membawakan bekal makan siang. Ditambah Ki Pedaringan melihat sebuah keris pusaka di meja yang belum ia lihat sebelumnya. 

Ki Pedaringan mulai curiga dengan keris pusaka yang biasanya dimiliki oleh seorang lelaki. Ki Pedaringan pun bertanya kepada Nyai Pedaringan "Keris apakah itu? Darimana kau mendapatkannya?,” katanya. 

Nyai Pedaringan menjelaskan asal keris pusaka itu. "Tadi ada seorang pangeran dari Kerajaan Mataram yang datang dengan luka di lengannya. Ia meminta obat untuk menyembuhkan lukanya. Setelah selesai, aku diberi keris pusaka ini untuk dijaga dan dirawat sebagai tanda terima kasih," kata Nyai Pedaringan yang sepertinya tidak dipercayai Ki Pedaringan. 

"Aku tidak percaya!,” kata Ki Pedaringan dengan amarah memuncak. Ia tidak percaya dengan penjelasan istrinya. Lalu keduanya bertengkar hebat, sampai Nyi Pedaringan mengambil keris pusaka itu dan memotong jari-jarinya yang lentik untuk membuktikan bahwa perkataan yang ia jelaskan adalah benar. "Akan aku buktikan dengan ini. Jika darah yang keluar berwarna ungu maka cintaku masih suci. Namun jika darah yang keluar adalah merah berarti aku berbohong,” kata Nyi Pedaringan.

Rupanya cinta Nyi Pedaringan masih suci, artinya ia tidak berselingkuh dengan lelaki lain dan perkataan yang ia jelaskan adalah benar. Yang menjadi awal mula cerita rakyat, asal usul Pantai Widuri, yakni darah segar keluar dari jari-jari lentik Nyi Pedaringan lalu menetes ke bunga yang berada di dekat meja, bunga itu bernama Bunga Widuri. Bunga yang berwarna putih berubah menjadi ungu karena darah Nyi Pedaringan.

Melihat kenyataan itu Ki Pedaringan menyesal tidak mempercayai perkataan istrinya yang sangat ia cintai. "Aku meminta maaf karena sempat tak mempercayaimu" ucap Ki Pedaringan meminta maaf kepada Nyi Pedaringan. Untuk menebus kesalahpahaman itu, Ki Pedaringan langsung berlari keluar dari gubuk untuk menyusul Pangeran Purbaya.

Ironisnya setelah itu, Ki Pedaringan tak pernah kembali ke gubuknya. Nyai Pedaringan mendapat julukan oleh warga sekitar Nyi Widuri yang hidup seorang diri di gubuk. Setiap hari Nyi Widuri selalu menanti kepulangan sang suami  namun Ki Pedaringan tak pernah kembali lagi.

Diduga Ki Pedaringan diserang pasukan Salingsingan di tengah perjalanannya yang menyebabkan ia tewas dan tak pernah kembali. Bahkan sampai akhir hayat Nyi Pedaringan masih tetap hidup seorang diri. 

Dari peristiwa itu kini nama Widuri dijadikan sebagai nama desa yang ditinggali oleh Nyai Pedaringan atau Nyai Widuri. Sama halnya dengan pantai yang tak jauh dari Desa Widuri yang dinamakan Pantai Widuri. 

Begitulah asal usul Pantai Widuri ada. Dari cerita rakyat Jawa Tengah, asal usul Pantai Widuri dapat ditarik sebuah pelajaran, yakni tetaplah berkata jujur apa adanya meski tak ada yang percaya daripada berbohong dan menimbulkan dampak yang besar di kemudian hari. 

Editor : Kastolani

Follow Berita iNews Pantura di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut