get app
inews
Aa Read Next : Kota Pekalongan akan Tambah Dua Hotel Berbintang

Legenda Sniper Kopassus Bocorkan Rahasia jika Tertangkap Musuh

Kamis, 02 Desember 2021 | 21:09 WIB
header img
Dua pasukan elite TNI AD, Kostrad dan Kopassus. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Legenda sniper Kopassus Tatang Koswara membocorkan rahasia cara kerjanya jika tertangkap musuh yang selama ini tak terungkap. Salah satunya menyisakan satu peluru untuk digunakan mengakhiri hidup. Cara ini sebenarnya juga dipraktikkan prajurit asing di medan perang.

Tatang merupakan salah seorang prajurit TNI yang ditugaskan untuk mengadang serangan pasukan Fretilin pada 1977. Kemampuannya sebagai penembak runduk (sniper) sangat dibutuhkan untuk menundukkan musuh.

Kawasan pegunungan Remexio menjadi saksi bisu ketangguhan prajurit TNI kala menghadapi pasukan Fretilin. Saat itu, TNI diturunkan dalam operasi militer untuk menyatukan Timor Timur ke pangkuan Ibu Pertiwi. Meski Timor Timur berhasil menjadi bagian NKRI, pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie, wilayah itu terlepas dan menjadi negara bernama Timor Leste.

Operasi militer Seroja yang dimulai pada 1975 menyisakan kisah duka. Banyak prajurit TNI gugur. Medan tempur Remexio yang berjarak kurang lebih 30 kilometer dari Kota Dili pun menjadi kuburan pasukan TNI. Namun, di balik itu, terselip kisah sniper yang mencerminkan kehebatan prajurit TNI.

Sebelum terjun ke medan perang, Tatang membekali diri dengan senapan Winchester M-70 berperedam suara, lengkap dengan 50 butir peluru kaliber 7,62 mm berwarna putih. Sesuai doktrin pelatihan sniper, setiap penembak yang bertugas diperintahkan membawa 50 peluru. Sebanyak 49 butir digunakan untuk melawan musuh sedangkan sisanya untuk sniper itu sendiri. 

Seorang sniper seperti Tatang harus siap menggunakan satu peluru tersebut untuk mengakhiri hidup daripada ditangkap musuh. 

Prinsip menyediakan satu peluru untuk menembak diri sendiri tidak asing di kalangan prajurit. Beberapa pasukan asing juga menerapkan hal sama. Pasukan Legiun Prancis konon menyisakan satu peluru untuk dirinya daripada menyerah lalu ditangkap musuh dan disiksa habis-habisan.

Begitu pula tentara Jepang pada Perang Dunia II yang mempunyai prinsip menyisakan satu peluru atau satu granat untuk dirinya dan mati berkeping-keping bersama pasukan musuh yang mengelilinginya.

Selain Winchester M-70, Tatang juga membawa beberapa perangkat tempur, seperti teropong siang dan malam, senapan serbu AK-47 untuk keperluan bela diri, radio komunikasi, pakaian kamuflase. Termasuk juga makanan tahan lama sebagai bekal. 

Dalam menjalankan misi, sniper dibantu spotter yang bertugas sebagai partner. Meski tugasnya memantau target, spotter juga memiliki kemampuan sebagai sniper serta dibekali senapan penembak runduk.

Saat bertempur menghadapi gerilyawan Fretilin yang pro-kemerdekaan Timor Timur, Tatang ditemani Letnan Ginting, pasukan perwira dari Kopassus.

Untuk menggempur musuh, Tatang memilih sebuah tebing curam sebagai tempat persembunyian. Dia menilai tempat tersebut strategis dan kecil kemungkinan musuh berpatroli di tempat itu. Di lokasi persembunyian itulah Tatang melepaskan tembakan ke pasukan Fretilin. Semua tembakannya menghantam kepala musuh pada jarak 300 hingga 600 meter. 

Dia juga berhasil menembak seorang pasukan gerilyawan Fretilin yang membawa radio dari jarak 900 meter. Hebatnya, tempat persembunyian sniper terbaik Indonesia ini tidak terdeteksi musuh. 

Editor : Kastolani

Follow Berita iNews Pantura di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut