BATANG, iNewsPantura - Untuk mencari rumah Geti panggilan akrab sehari-hari Siti Nurjanah, tidaklah sulit. Hampir semua warga yang berdomisili di seputar pasar Warungasem, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang, mengenalnya sebagai penjual gemblong santan.
Rumah Geti terletak sekitar 100 meter di sebelah selatan pasar Warungasem. Rumah permanen yang dihuni pasangan suami-isteri, Siti Nurjanah (52) alias Geti dan suaminya, Akhsin (55), dengan kedua anak perempuannya, termasuk rumah kuno khas Jawa, model Limasan itu masih terlihat kokoh.
"Maaf pak, tempat kami tampak berantakan, karena dwi fungsi. Yakni sebagai rumah tinggal sekaligus tempat untuk mengemas gemblong santan hingga siap dikonsumsi,"ujar Geti renyah kepada iNews Pantura, Minggu (19/03/2023).
Ia mengatakan, kalau proses awal pengolahannya, mulai dari menanak beras ketan, menumbuk ketan yang sudah masak hingga menjadi gemblong semua dikerjakan di ruang dapur. Termasuk membuat klepon, ketan biru dan serundeng. Namun saat finishing, kata Geti, dikerjakan di ruang tamu yang lebih longgar. Adapun klepon dan ketan biru serundeng merupakan pasangan gemblong santen yang ditempatkan jadi satu di dalam kotak mika.
Gemblong yang juga dikenal dengan nama jadah dan orang Betawi menyebutnya ulin itu, bagi warga Kabupaten Batang tidak asing. Karena hampir setiap orang pernah mencicipinya. Dan setiap hari jajanan gemblong bisa dijumpai dengan mudah di setiap pasar tradisional di Batang.
Menurut Geti yang didampingi suaminya, Akhsin, ia merupakan generasi kedua, setelah almarhumah ibunya, Hj Dewi Kusni yang berprofesi sebagai bakul (penjual) gemblong.
"Sejak ibu saya masih hidup hingga sekarang, kami tidak pernah menjajakan gemblong di pasar. Kami membuat gemblong santan berdasarkan pesanan. Baik pesanan warga di Warungasem, maupun dari wilayah Kabupaten dan Kota Pekalongan," tutur Geti, anak ke 7 dari 8 bersaudara, pasangan almarhum H.Kasdullah dan almarhumah Hj Dewi Kusni yang meneruskan usaha orangtuanya sejak awal 1990 itu.
Setiap hari, imbuh Geti, ia membuat gemblong santan sekitar 200 - 250 kotak mika. Harga satu kotak mika ukuran kecil Rp 4000,- Kotak mika ukuran medium Rp 5000,- dan kotak mika ukuran besar (standar) Rp 6000,-
Adapun untuk membuat gemblong santan sebanyak 200 hingga 250 mika, menurut Geti, membutuhkan beras ketan sebanyak 20 sampai dengan 25 kg. Sedangkan harga beras ketan saat ini Rp 12 ribu / kg, dan dibantu 4 pekerja. Setiap kotak mika kemasan gemblongnya ditempel nama dan alamat lengkap nomor ponselnya. Yaitu, gemblong santen mbak Geti, Desa Warungasem RT 12, RW 04, Kec Warungasem, Batang. No HP 085800211560.
Dari situlah info bisnisnya bisa menyebar. "Itulah cara kami beriklan, gratis," ucap Geti tertawa.
Untuk hajatan
Gemblong santan buatannya biasanya dipesan untuk berbagai hajatan. Yaitu pengantin, khitanan, arisan, pengajian dan hajat lainnya. Geti juga membuat bubur "dun-dunan" yakni bubur untuk tasyakuran "tedak siti" bagi bayi usia 7 bulan yang baru menapakkan kedua kakinya di atas tanah.
Ibu dua anak itu mengungkapkan lebih lanjut, dari hasil jerih payahnya berjualan gemblong santan, ia mampu membeayai kuliah kedua anaknya. Anaknya yang sulung, Jazaul Khoiroh (24), kelak pada Mei 2023 akan diwisuda sebagai Sarjana Magister Pendidikan (S2) di Universitas Islam Negeri (UIN) KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, setelah dinyatakan lulus ujian tesis. Sedangkan adiknya (si bungsu), Naila Riskiana (19) kini sedang menempuh semester 4 di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan prodi pendidikan Bahasa Arab di universitas yang sama.
"Sejak dulu kami bercita-cita agar kedua anak kami bisa menimba ilmu di perguruan tinggi. Cukup kami saja yang jadi bakul gemblong, kedua anak kami jadilah guru," ujar Geti yang diamini Akhsin, suaminya sambil tersenyum.*
Editor : Trias Purwadi