JAKARTA - Para pedagang pasar kecewa berat di saat harga murah minyak goreng menjadi susah, sedangkan saat harga masih normal stok minyak masih banyak dan mudah didapat di pasaran.
"Nah ini masalahnya ada di mana? Jangan-jangan ini pembangkangan perusahaan-perusahaan besar terhadap kebijakan pemerintah. Nggak tau nih kenapa pemerintah tidak mempublish," ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburrohman.
Lanjut dikatakannya, dalam prinsip pedagang pasar tradisional, di mana ada sumber barang, barang itulah yang dijual. Meskipun harga di agen atau distributornya tak sesuai HET, pedagang tetap menjual sesuai dengan perhitungannya. Karena jika mamaksa menjual sesuai HET yang ditetapkan pemerintah, pedagang tidak dapat untung.
"Bagi kami pedagang kan yang penting distribusi merata. Begitu kita dapat sumber barang yang murah kita jual murah, kalau dapat sumber barang mahal ya kita jual mahal. Kalau dijualnya murah ya kantong jebol," ujar Mujiburrohman.
Maka dari itu, masyarakat dihimbau untuk maklum jika membeli minyak goreng di pasar tradisional namun harganya belum sesuai dengan HET (Rp 11.500/liter untuk minyak goreng curah, Rp13.500/liter untuk kemasan sederhana, dan Rp14.000/liter untuk premium).
Diketahui Mujib menjelaskan bahwa setelah adanya intervensi pemerintah minyak murah jadi susah didapat bagai hilang ditelan bumi, padahal sebelumnya stok minyak goreng di pasaran aman tidak asa masalah.
"Ketika harga minyak goreng itu Rp17.000-19.000 per liter di pasar tradisional, tidak ada masalah terhadap pasokan minyak goreng. Di pasar tuh aman-aman aja. Tapi begitu ada intervensi pemerintah, minyak goreng tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi," jelas Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburrohman saat konferensi pers, Kamis (10/3/2022).
Editor : Hadi Widodo