get app
inews
Aa Text
Read Next : Pastikan Infrastruktur Optimal, Tim PLN Tegal Patroli Kabel ULP Slawi – Jatibarang

Wilujengan Mitoni Najla Adjani Mahendra: Perpaduan Tradisi, Sakralitas, dan Kearifan Lokal

Kamis, 27 Februari 2025 | 14:15 WIB
header img
Wilujengan Mitoni Najla Adjani Mahendra: Perpaduan Tradisi, Sakralitas, dan Kearifan Lokal. Foto : iNews/ Nur Ch

KUDUS, iNewsPantura.id – Masyarakat Jawa memiliki beragam tradisi unik yang sarat makna, salah satunya adalah mitoni. Meskipun masih ada yang melaksanakan tradisi ini, banyak pula yang mulai meninggalkannya seiring perkembangan zaman.

Mitoni, atau dikenal juga sebagai tingkeban, adalah tradisi Jawa yang dilakukan saat usia kehamilan seorang ibu menginjak tujuh bulan. Tujuan utama tradisi ini adalah memohon keselamatan bagi ibu dan bayi dalam kandungan. Prosesi mitoni melibatkan berbagai ritual, seperti siraman, ganti busana, pecah kelapa, dodol rujak, hingga doa dan tahlilan.

Bagi masyarakat Islam Jawa, mitoni memiliki makna filosofis yang berakar pada ajaran Islam, meskipun berasal dari adat Jawa kuno. Tradisi ini mencerminkan doa dan harapan akan keselamatan ibu dan bayi, serta bentuk syukur kepada Allah SWT atas karunia kehidupan yang akan lahir. 

Seiring berjalannya waktu, unsur-unsur yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti sesajen, telah digantikan dengan doa dan tahlilan, sehingga tradisi ini tetap lestari dalam nuansa Islami.

Pelaksanaan Wilujengan Mitoni Najla Adjani Mahendra
Tradisi Wilujengan Mitoni untuk Najla Adjani Mahendra sukses digelar pada Rabu Wage, 26 Februari 2025, di Puri Dhalem Kalingga Murdho Djati, Blok Kulon, Gebog, Gondosari, Kudus. Acara sakral ini berlangsung dengan penuh khidmat dan kemeriahan, dihadiri oleh keluarga besar serta tamu undangan yang antusias menyaksikan prosesi adat Jawa yang kaya akan makna.

Acara ini diselenggarakan oleh keluarga H. Kamal Mustofa sebagai ungkapan rasa syukur atas cucu pertama mereka. Selain menjadi bentuk penghormatan terhadap budaya leluhur, tradisi ini juga menjadi simbol harapan dan doa bagi calon bayi. 

“Tradisi ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga wujud penghormatan terhadap nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun,” ujar H. Kamal Mustofa.

Salah satu sorotan utama dalam acara ini adalah pagelaran wayang kulit oleh dalang kondang Ki Purbo Asmoro. Dengan membawakan lakon “Tumuruning Wahyu Wiji Sejati” dalam format pakeliran padat, pertunjukan ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang mendalam bagi para hadirin.

Retno Aisah Maharani, seorang mahasiswi UMK Kudus yang turut hadir, mengungkapkan kekagumannya terhadap prosesi mitoni ini. “Wah, luar biasa! Tradisi ini sangat kental dengan budaya Jawa. Kesakralan dan kearifan lokalnya begitu terasa,” tutur gadis berusia 21 tahun tersebut.

Tradisi mitoni kali ini dipandu oleh Pengantin Production, di bawah pimpinan Ibu Dani Mukti dari Yogyakarta. Dengan sentuhan profesional, setiap prosesi berjalan dengan penuh makna dan mampu membangkitkan nuansa kearifan lokal. 

Salah satu momen paling “emosional” adalah sungkeman, di mana calon ibu memohon doa restu kepada orang tuanya menjelang persalinan.
 
“Kami merasa terhormat bisa menjalankan tradisi ini dengan penuh khidmat. Ini bukan hanya perayaan kehamilan, tetapi juga bentuk doa dan harapan bagi calon anak yang akan lahir. Semoga generasi mendatang terus menjaga dan melestarikan budaya ini,” pungkas H. Kamal Mustofa.

Editor : Suryo Sukarno

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut