Mahasiswa Edukasi Warga Binaan Bisa Olah Sampah Jadi Produk Turunan Maggot

BANYUMAS, iNewsPantura.id – Kolaborasi unik terjadi di Lembaga Pemasyarakatan ini. Sejumlah mahasiswa turun langsung membina para warga binaan untuk beternak magot—larva lalat Black Soldier Fly yang dikenal ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi.
Melalui pelatihan sederhana, warga binaan diajarkan cara mengelola sampah organik menjadi pakan magot. Hasilnya, sampah berkurang, dan mereka mendapatkan keterampilan baru yang bermanfaat setelah bebas nanti.
Program ini menjadi bukti bahwa pembinaan bukan sekadar hukuman, tetapi jalan menuju perubahan—dari buangan menjadi peluang.
Hal inilah yang menjadikan upaya pengelolaan sampah organik semakin mendapatkan perhatian serius.
Tim Maggot Preneur PKM-Pengabdian Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang melakukan implementasi pengolahan produk turunan maggot di Griya Abhipraya Banyumas, dengan melibatkan Warga Binaan Pemasyarakatan Rutan Banyumas serta Klien Bapas Kelas II Purwokerto.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari program pengabdian masyarakat yang sebelumnya difokuskan pada budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) sebagai solusi pengurangan sampah organik serta pelatihan digital marketing. Pada tahap kali ini, fokus diarahkan pada pemanfaatan produk turunan maggot, antara lain pakan ternak berbasis protein tinggi seperti Pellet ikan, tepung maggot dan juga kasgot (bekas maggot) yang bernilai ekonomi.
Dalam kegiatan implementasi, warga binaan dan klien pemasyarakatan diberikan pelatihan mulai dari teknik pemanenan maggot, pengolahan menjadi pakan alternatif, hingga pemanfaatan residu maggot sebagai pupuk. Para peserta tidak hanya berperan sebagai penerima materi, tetapi juga terlibat aktif dalam praktik langsung, sehingga diharapkan memiliki keterampilan yang dapat dikembangkan secara mandiri di masa mendatang.
“Kami ingin agar program ini tidak berhenti di budidaya saja, tetapi juga mampu meningkatkan nilai tambah melalui produk turunannya. Dengan begitu, peserta memiliki peluang lebih luas untuk menciptakan usaha berkelanjutan,” ungkap salah satu anggota Tim Maggot Preneur.
Kegiatan ini didukung penuh oleh Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Purwokerto dan Rutan Banyumas, yang menekankan pentingnya pemberdayaan warga binaan serta klien sebagai bagian dari reintegrasi sosial. Selain itu, kolaborasi juga melibatkan mitra strategis, seperti Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas sebagai penyedia bibit maggot dan Rumah Sakit Siaga Medika Banyumas yang memasok sampah organik sebagai bahan pakan utama.
Tim Maggot Preneur sendiri terdiri dari lima mahasiswa lintas jurusan, yaitu Nindi Juniar (Ekonomi Pembangunan, 2023), Atika Dewi R. (Ekonomi Pembangunan, 2023), Elvika Mukti Restiani (Biologi, 2023), Muhammad Ardhan Alfaris (Peternakan, 2023), dan Alif Ardandi (Agroteknologi, 2022). Sinergi berbagai disiplin ilmu ini menjadikan program tidak hanya kuat dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan terlaksananya kegiatan implementasi pengolahan produk turunan maggot ini, diharapkan warga binaan dan klien pemasyarakatan tidak hanya memperoleh keterampilan baru, tetapi juga semangat untuk mengembangkan usaha produktif yang ramah lingkungan. Keberhasilan program ini sekaligus menjadi contoh nyata bahwa isu lingkungan dapat dijadikan pintu masuk untuk menciptakan solusi sosial-ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Editor : Suryo Sukarno