JAKARTA - Potensi ekonomi di bumi Indonesia memendam banyak harta karun bernilai tinggi menjadi incaran asing, seperti kekayaan unsur tanah jarang yang keberadaan dan potensi mineral ini di Tanah Air terus digali dan dikembangkan karena potensi pemanfaatan mineral ini untuk industri masa depan.
Berikut ini tiga harta karun mineral bumi Indonesia yang jadi incaran sejumlah negara asing, dikutip dari Sindonews (25/5/2022) :
1. Logam Tanah Jarang (LTJ)
Secara ilmiah, logam tanah jarang (LTJ) atau Rare Earth Element (REE) terdiri dari 17 unsur yang termasuk dalam kelompok Lantanida di tabel susunan berkala.
Melansir buku Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia terbitan Kementerian ESDM tahun 2019, LTJ ternyata melimpah dan jumlahnya melebihi unsur lain dalam kerak bumi. Unsur-unsur LTJ sangat sulit ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Keterdapatan logam tanah jarang di Indonesia umumnya tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua (Endang, 2010).
LTJ di Indonesia ditemukan pada batuan granitik pembawa timah. Sebagai mineral ikutan timah, LTJ dengan tipe plaser banyak dijumpai di Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan sebagian wilayah Kalimantan Barat. Sementara tipe residual atau laterik banyak terdapat di daerah Parmonangan, Sumatera Utara dengan jumlah bijih LTJ tipe ini sebesar 4,4 juta ton.
Di awal tahun 2022, LTJ juga menjadi buah bibir lantaran hasil penelitian menyebutkan adanya kandungan LTJ dalam lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.
LTJ Indonesia menjadi incaran asing karena belum banyak dikembangkan. Sebagian besar LTJ Indonesia diproduksi sebagai produk sampingan dari perusahaan induk komoditas seperti emas, tembaga dan timah. Padahal, mineral ini sangat potensial dikembangkan menjadi teknologi material baru.
Komoditi LTJ bermanfaat dalam peningkatan teknologi modern yang digunakan sehari-hari seperti telepon selular, memori komputer, baterai isi ulang, magnet, lampu fluoresen dan peralatan elektronik lainnya. LTJ sendiri telah dipakai di dunia perindustrian sejak tahun 1880 ketika Welbach menggunakannya untuk pelapis pada lampu gas pijar. Penggunaannya saat ini sangat beragam, pada umumnya untuk industri berteknologi tinggi.
Editor : Hadi Widodo