TEMPE termasuk produk olahan nabati yang kaya akan gizi, dan juga merupakan panganan murah meriah yang dapat dijumpai di mana pun, namun juga perlu waspada bagi penderita penyakit tertentu untuk mengonsumsi tempe.
Meski terbilang murah dan cukup mudah diolah tempe bisa berbahaya jika dikonsumsi penderita penyakit berikut ini dikutip dari RCTI Plus:
Tempe memang memiliki kandungan kalori yang rendah. Maka ia dipercaya mampu mengendalikan kadar kolestrol dalam darah dan juga menstabilkan tekanan darah tinggi. Tapi, jika terlalu sering dikonsumsi dan secara berlebihan, tempe akan menyebabkan terhambatnya penyerapan zat besi dalam tubuh.
Jika penyerapan terhambat, maka seseorang akan mengalami anemia atau kurang darah. Tentu saja penyakit ini tidak nyaman karena menyebabkan pusing dan lemas. Apalagi jika dikonsumsi penderita anemia, justru akan semakin berbahaya bagi kesehatan.
Purin merupakan salah satu kandungan makanan yang harus dihindari oleh penderita asam urat. Bagi mereka yang memiliki penyakit ini, hanya boleh mengonsumi makanan dengan kandungan purin 100-150 mg saja per harinya.
Tempe sendiri termasuk olahan kacang kedelai yang mengandung purin sedang yakni 9-100 mg. Namun, jika diolah dengan tambahan bahan seperti garam, kandungan purinnya dapat berubah jadi lebih tinggi. Apalagi jika dikonsumsi secara terus menerus dan dalam jumlah banyak, akan berdampak buruk bagi penderita asam urat itu sendiri.
Dikonsumsi tanpa diolah
Beberapa makanan mungkin bisa dimakan langsung dan memiliki khasiat baik tanpa diolah, seperti brokoli, kol, paprika merah, dan kacang-kacangan, dan lainnya. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi tempe ya. Beberapa orang bahkan menganggap bahwa tempe sehat saat dimakan mentah.
Faktanya, tempe justru berbahaya saat dimakan mentah. Dilansir dari laman Kompas, ahli gizi dr. Tan Shot Yen mengatakan jika pengolahan tempe yang tidak steril menyebabkann tempe terkontaminasi bakteri. Oleh karenanya, tempe lebih baik diolah dahulu. Kandungan posbiotik dalam tempe tidak akan rusak karena proses goreng maupun kukus.
Editor : Hadi Widodo