Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al Jawi al Bantani at-Tanari asy-Syafi'i atau lebih dikenal Syekh Nawawi al Bantani. Ia adalah salah seorang 'ulama "produck lokal" yg menjadi Imam Masjidil Haram di Saudi Arabia. Kelahiran: 1813, Kecamatan Tanara, Serang, Banten, w 1897, Mekkah.
Salah satu karya beliau kitab "Tanqihul Qaulil Hatsits banyak mengkisahkan "hikayat²" para kekasih Allah. Diantaranya pembahasan mengenai Nabi Sulaiman as.
Ditinjau dari sisi historisnya, kitab Tanqihul Qaulil Hatsits karya Syekh Nawawi ditulis sekitar ahir Abad 18 M, yaitu pada zaman dimana perkembangan ilmu dan teknologi belum secanggih dan semaju sekarang. Jadi wajar kiranya dalam beberapa pandangannya, beliau dikategorikan sebagai ulama yg tradisionalis, yg mendewakan tradisi masa lalu dengan meng-adobsi dan menginventarisasi sebagian besar syrah hikayat yg di tarjih pendahulunya dari kalangan Syafi’iyyah serupa imam Ghazali , Ibnu Hajar al-Haitami, Al Asqolani.
Imam Nawawi al Bantani mengkisahkan hikayat yg terkandung dari surah an Naml ayat 17, masyhur Nabi Sulaiman as dikaruniai kekuasaan untuk "menundukan banyak makhluk" seperti jin, manusia, dan hewan itu sendiri bisa dibuktikan lewat firman Allah :
وحشر لسليمن جنوده من الجن والإنس والطير فهم يوزعون
Wa husyira lisulaimana junuduhu minal-jinni wal insi wat-tairi fa hum yuza'un.
"Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan)."
(Qs An Naml: 17).
Pada zaman Nabi Sulaiman as, hidup seorang laki-laki yg mempunyai pohon besar di samping rumahnya. Di atas pohon tersebut menjadi sarang merpati yg sedang bertelur. Suatu hari, istri dari laki-laki itu menyuruhnya memanjat pohon besar itu dan mengambil telur merpati untuk dijadikan makanan bagi anak-anak mereka. Laki-laki itu pun lantas melakukanya.
Selepas kejadian itu, induk merpati mengadu kepada baginda Nabi Sulaiman, sang induk menceritakan kejadian tersebut, akhirnya Nabi Sulaiman mengundang laki-laki itu dan menyuruhnya untuk bertobat.
Laki-laki tersebut berjanji kepada Nabi Sulaiman untuk tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Suatu ketika, si istri menyuruhnya untuk mengambil telur merpati lagi. Laki-laki itu pun berkata kepada istrinya :
“Aku tidak akan melakukanya lagi. Sebab Nabi Sulaiman telah melarangku untuk berbuat yg demikian.”
Istrinya menjawab :
“Apakah kamu menyangka Nabi Sulaiman akan mempedulikan dirimu atau merpati itu? Sedangkan ia selalu sibuk dengan urusan kerajaannya.”
Si istri tak henti-henti membujuknya agar ia mau melakukanya lagi. Hingga akhirnya ia terbujuk juga. Seperti biasanya ia memanjat pohon besar itu dan mengambil telur merpati lagi.
Induk merpati kembali mengadu kepada Nabi Sulaiman . Nabi Sulaiman pun menjadi marah karenanya. Kemudian beliau memanggil dua jin, yg satu berasal dari ujung timur dan yg satunya berasal dari penjuru barat. Keduanya diminta menjaga pohon tersebut oleh Baginda Nabi Sulaiman as :
“Jagalah pohon besar itu. Dan ketika laki-laki itu mengulang perbuatannya mengambil telur merpati itu, raih kedua kakinya dan jatuhkan ia dari pohon itu".
Kedua jin itu pun bergegas pergi dan menjaga pohon itu. Ketika merpati sudah bertelur lagi, laki-laki itu segera memanjat dan meletakkan kedua kakinya pada pohon itu. Belum sampe diatas tiba-tiba datanglah seorang pengemis mengetuk pintu rumahnya. Lalu ia dari tengah pohon menyuruh istrinya untuk memberikan sesuatu pada pengemis itu. Lantas istrinya berkata, “Aku tidak punya apa-apa.”
Laki-laki itu turun dari pohon dan mengambil sepotong roti. Kemudian ia memberikanya kepada si pengemis, setelah itu ia kembali memanjat pohon dan mengambil telur merpati.
Kedua jin bermaksud menangkap laki-laki itu. Namun tiba-tiba Allah mengutus dua malaikat. Salah satu dari mereka meraih leher jin itu dan melemparnya sampai di tempat terbitnya matahari. Sedang yg satunya lagi meraih leher jin yg satunya lagi dan melemparnya sampai di tempat terbenamnya matahari. Laki-laki itu aman mengambil telur.
Merpati pun kembali menghadap Nabi Sulaiman dan mengadukan kejadian tersebut kepadanya. Nabi Sulaiman bertambah marah. Kemudian ia memanggil kedua jin yg diberi tugas menjaga pohon itu. Nabi Sulaiman berkata pada kedua jin itu :
“Kalian berdua telah mengkhianatiku!”.
Dua jin itupun menceritakan apa yg terjadi. Mengetahui bahwa hal tersebut rencana dari Sang MAHA SUTRADARA الله swt, Nabi Sulaiman pun tak bisa berbuat apa-apa.
Dari riwayat diatas betapa telah berulang kesalahan hambanya, hanya sebab apa yg disedekahkan meski hanya sepotong roti telah membuktikan hadist :
"Sesungguhnya sedekah benar² memadamkan kemurkaan Allah dan menghindarkan dari kematian yg buruk”.
Dan menjadi tolak bala" bagi pelakunya.
(Hr Tirmidzi).
Rasulullah berpesan, bahwa sedekah dapat menolak balak (mara bahaya). "Bersegeralah kalian untuk mengeluarkan sedekah, karena sungguh bencana tak dapat melewati sedekah“
(Hr Thabrani).
Sedekah bukan saja menghindari bencana, tapi bencana tidak akan melewati jika ada orang² yg bersedekah. Kita memang tidak bisa memastikan sedekah yg mana dan sedekah apa saja yg bisa menghindarinya. Namun, sedekah tersebut bisa kita lakukan untuk agar bencana tak sedikit pun melewati kita.
Namun kadang, ujian bencana tetap akan datang kepada kita bukan karena Allah tidak sayang dan tidak menilai sedekah kita. Namun, ini adalah bentuk ujian apakah kita akan tetap bersedekah seperti biasanya, walaupun bencana dan kesulitan kita hadapi.
Bukan saja di dunia, sedekah juga menolak bencana kelak di akhirat dan pada saat hari kiamat. Hal ini juga disampaikan dalam hadits berikut :
“Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.”
(Hr Ahmad).
Walau tidak kita rasakan di dunia, tetapi Allah akan menjamin bahwa sedekah akan menyelamatkan kita kelak di akhirat. Kita hanya bisa berdoa dan berharap agar semua itu bisa kita dapatkan di akhirat nanti.
(Tanqihul Qaulil Hatsits karya Syekh Nawawi al Bantani).
والله اعلم
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait