Proses Penataan kawasan Malioboro Yogyakarta bakal makin istimewa karena akan mengusung wajah kota dari masa ke masa.
Heroe Poerwadi Wakil Wali Kota Yogyakarta menjelaskan, setelah penataan PKL selesai, akan dillanjut dengan penataan wajah kawasan malioboro. Mereka telah menyiapkan konsep yang akan mencerminkan Malioboro dari masa ke masa.
“Kami akan melakukan penataan kawasan yang mencerminkan wajah Malioboro dari masa ke masa,” kata Haryadi.
Pemerintah Kota Yogyakarta akan melanjutkan penataan kawasan Malioboro.
Tidak hanya keberadaan pedagang kaki lima (PKL) namun juga pada penataan wajah kota yang menjadi primadona pariwisata di Yogyakarta ini.
Untuk mewujudkannya, Pemkot Yogyakarta telah menggandeng berbagai pihak termasuk dengan Pemda DIY.
Mereka diajak berdiskusi agar ada cermin sejarah di Malioboro. Apalagi dari tahun ke tahun Malioboro telah mengalami banyak perubahan.
“Kami ingin wisatawan yang datang bisa memahami perubahan dan perkembangan yang ada di Malioboro,” jelasnya.
Setelah PKL direlokasi juga akan dilakukan perbaikan pedestrian, dengan memperbaiki fasilitas umum hingga memperbanyak kursi.
“Sudah ada aturan giratori atau jalan searah di seputar kawasan Malioboro sehingga memudahkan akses ke Malioboro. Tetapi, masih dibutuhkan kajian dan diskusi panjang,” tuturnya.
Sejak tahun 1970, Kawasan malioboro sampai dengan 1990-an masih menjadi pusat ekonomi, juga menjadi pusat oleh-oleh serta pusat seni budaya yang melahirkan banyak seniman dan budayawan.
“Kami akan minta pemilik toko agar menata fasad bangunan agar
tidak seluruhnya tertutup papan nama,” ungkapnya.
Penataan ini diharapkan bisa memberikan kesan terhadap kawasan yang lebih baik sekaligus mengembalikan citra Malioboro yang juga sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya.
Sedangkan untuk menjadikan Malioboro sebagai kawasan pedestrian secara penuh, masih perlu dilakukan kajian terutama terkait akses masyarakat atau wisatawan.
Editor : Nanang Sulaeman
Artikel Terkait