BLORA, iNewsPantura.id— Di tengah kesibukannya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Sekretariat DPRD Kabupaten Blora, Siti Mustrianawati tetap konsisten menyalakan cahaya dakwah di lingkungan tempat tinggalnya.
Istri dari Aiptu Adi Tri Sukmono ini dikenal bukan hanya sebagai sosok Bhayangkari yang aktif mendukung tugas suaminya, tapi juga sebagai penggerak pendidikan Al-Qur’an di kalangan anak-anak dan kaum ibu.
Setiap sore selepas pulang kerja, perempuan berhati lembut itu meninggalkan sejenak tumpukan berkas kantor dan menggantinya dengan lembaran mushaf Al-Qur’an.
Ia mengajar anak-anak di TPQ Nurul Qur’an, tempat yang ia dirikan dan rawat dengan penuh cinta.
“Anak-anak itu semangat sekali belajar mengaji. Kadang mereka datang sebelum saya pulang kantor,” tutur Siti sambil tersenyum.
Tak berhenti di situ, Siti juga membuka TPQ khusus bagi ibu-ibu dewasa sejak tahun 2016. Kini, jumlah santrinya sudah mencapai sekitar 100 orang, sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang baru belajar membaca Al-Qur’an.
“Banyak ibu-ibu yang dulu belum bisa baca Al-Qur’an, sekarang sudah lancar. Saya ingin membuktikan bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar Al-Qur’an,” ungkapnya.
One Week One Juz: Gerakan Ibu-Ibu Pencinta Al-Qur’an
Kecintaannya terhadap Al-Qur’an juga ia wujudkan dengan membentuk komunitas ‘One Week One Juz’ (OWOJ) pada tahun 2010 — jauh sebelum ia mendirikan TPQ dewasa.
Komunitas ini beranggotakan 88 perempuan yang berkomitmen membaca dan menamatkan satu juz setiap pekan.
“Awalnya hanya beberapa orang. Sekarang, Alhamdulillah semakin banyak yang bergabung. Kami saling mengingatkan, bukan sekadar membaca, tapi juga mengamalkan isi Al-Qur’an,” jelasnya.
Dalam komunitas itu, setiap pekan para anggotanya saling melaporkan progres bacaan, saling menyemangati, bahkan menyalurkan bantuan sosial ke masyarakat sekitar.
Cahaya dari Rumah Seorang Bhayangkari
Menjadi istri seorang anggota Polri bukan berarti membuat Siti terkungkung dalam aktivitas seremonial.
Sebaliknya, ia justru menjadikan status Bhayangkari sebagai modal dakwah dan inspirasi bagi para perempuan di lingkungannya.
“Bagi saya, tugas Bhayangkari bukan hanya mendampingi suami. Tapi juga ikut menjaga moral dan spiritual masyarakat,” ujar Siti dengan nada lembut namun penuh keyakinan.
Dengan langkah kecil namun konsisten, Siti telah menanamkan nilai-nilai Qur’ani di tengah kesibukan dunia modern.
Ia menjadi contoh nyata bahwa pengabdian kepada masyarakat tak harus dengan pangkat dan jabatan, tapi bisa melalui ketulusan dan ilmu yang bermanfaat.
Kini, hampir setiap sore terdengar lantunan ayat suci dari rumah sederhana milik Siti Mustrianawati. Anak-anak mengaji, ibu-ibu belajar mengeja huruf hijaiyah, dan sebagian lagi menyiapkan jadwal tilawah pekan berikutnya.
Di tengah hiruk-pikuk pekerjaan dan tanggung jawab keluarga, Siti tetap menjadi oase spiritual bagi sekitarnya.
“Saya hanya ingin ketika kelak tidak bekerja lagi, ada amal jariyah yang terus mengalir. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain,” katanya menutup perbincangan dengan senyum tulus.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait
