PONOROGO - Kisah pilu seorang pemuda di Kabupaten Ponorogo yang viral di media sosial lantaran bercucuran air mata saat menggendong anak sapi yang sudah sekarat akibat terserang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
"Bicaralah, jangan diam saja. Apa maumu? Semua sudah saya beri, kenapa kami masih seperti ini? Perawatmu jadi kerepotan ini. Ibumu sudah mati, sekarang kamu seperti ini. Nafasmu saja tinggal satu dua," ujar pemuda yang diketahui bernama Dwi Setiyono.
Dwi Setiyono yang merupakan warga Desa Pudak Kulon, Kabupaten Ponorogo tersebut, benar-benar terpukul melihat anak sapi miliknya dalam kondisi sekarat.
Sebelumnya, induk sapi miliknya juga mati akibat terinveksi PMK. Baca juga: 8 Fakta Istri Perwira Polisi Digerebek Ngamar Bersama AKP, No 3 Hanya Kenakan Daster Para peternak di Kabupaten Ponorogo, semakin resah.
Sapi-sapi mereka setiap hari ada yang mati, akibat PMK. Hingga kini penularan PMK di Kabupaten Ponorogo masih sulit dikendalikan, ada tujuh ribu ekor sapi yang terpapar PMK, dan yang mati mencapai lebih dari 500 ekor.
"Setiap hari ada saja sapi yang mati. Sementara beternak sapi ini merupakan mata pencaharian utama warga di desa ini. Kami sangat resah dengan wabah PMK yang tidak juga terkendali," tutur Dwi Setiyono, Jumat (23/6/2022).
Wabah PMK terjadi di Desa Pudak Kulon, sekitar satu bulan terakhir. Ratusan ekor sapi mati akibat wabah tersebut. Bahkan, warga yang menggali kubur untuk sapi-sapi itu, harus bekerja keras. Setiap hari minimal 10 lubang kubur disiapkan mereka.
Salah seorang peternak sapi di Desa Pudak Kulon, Marsudi Trwibowo menyebut, penghasilan peternak sapi di desanya turun drastis, karena tidak bisa menjual susu.
"Kami juga masih harus membayar angsuran, karena sapi-sapi itu dibeli dengan cara pinjam modal," tuturnya.
Editor : Hadi Widodo