Kecanduan gadget pada anak tidak boleh dianggap enteng! kebiasaan main gadget terus-terusan akan berdampak buruk pada kesehatan anak dalam jangka panjang.
Psikolog Anak dan Tiga Generasi Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi mengatakan, agar anak tak kecanduan gadget, orangtua juga perlu menyediakan lebih banyak waktu untuk berkumpul dan berkegiatan bersama anak di rumah.
"Ketika anak melihat tidak ada pilihan lain, dia akan mencari apa yang ada. Bedanya sama orang dewasa kan, orang dewasa bisa mencari pilihan lain sendiri. Anak-anak tuh belum bisa seperti itu. Oleh sebab itu perlu orang dewasa untuk membantu," jelas Vera.
Seperti dikutip dari Antara, Vera menyampaikan, agar anak tidak kecanduan gadget orangtua perlu memberi tahu kepada anak kegiatan apa saja yang bisa dia lakukan di dalam rumah. Tak hanya itu, orangtua juga perlu menyediakan lebih banyak waktu untuk berkumpul dan berkegiatan bersama anak di rumah.
"Kalau di rumah saja, kasih tahu apa yang bisa dilakukan. Mungkin mulai dari orangtuanya lebih banyak kasih waktu kumpul di rumah. Mulailah bikin jadwal untuk kembalikan lagi aktivitas anak. Soalnya selama 2 tahun pandemi ini kan kita berkutat dengan jadwal. Sekarang harus dibuat lagi jam-jam kegiatan anak," kata Vera.
"Diatur juga jam main gadgetnya. Kalau sulit sekali, mungkin bisa dibantu dengan wifi-nya dicabut dulu atau disimpan dulu gadgetnya. Nah pada saat nggak boleh pegang gadget, orang tua juga harus menyediakan pilihan dia harus ngapain. Jadi kasih dia kegiatan. Kalau cuma ditarik saja gadgetnya, pasti balik lagi kebiasaanya," imbuhnya.
Sebagai salah satu contoh kegiatan, Vera menyarankan kepada orangtua untuk mencoba bereksperimen bersama anak di rumah. Eksperimen juga dapat dilakukan di berbagai macam bidang, misalnya seperti memasak bersama anak di dapur.
Namun sayangnya, Vera mengatakan bahwa umumnya orang tua terlalu lelah untuk melakukan hal tersebut. Sehingga, orangtua akan cederung kurang sabar dan enggan bereksperimen dengan anak karena takut rumah menjadi berantakan. Akan tetapi, bereksperimen bersama anak justru akan menimbulkan dampak besar bagi diri anak sehingga hal ini perlu untuk dilakukan.
"Sebenarnya intinya eksperimen itu kan mencoba sesuatu, mengasah berpikir kritis. Cuma kendalanya adalah orang tua terkadang terlalu lelah. Jadi tidak sabar. Takut berantakan atau segala macam," ungkap Vera.
"Kalau takut berantakan, kita berapa lama sih kalau beresin rumah? Paling lama 2 jam lah ya. Tapi dampaknya kepada anak kan akan lebih dari itu. Dia bisa tahu kalau belajar ternyata menyenangkan. Itu saja susah loh untuk menumbuhkan rasa semangat belajar pada anak," lanjutnya.
Terakhir Vera menyampaikan, jika anak mulai merasa bosan untuk melakukan kegiatan tersebut, cobalah untuk bernegosiasi dengan anak. Dengan demikian, orang tu juga dapat lebih memahami keinginan sang anak.
"Kalau anak bosan, ya yang namanya bosan pasti wajar. Tapi kita orang tua juga jangan buru-buru ketika anak bilang bosan. Kadang anak hanya perlu didengar dulu emosinya apa. Tanyakan bosannya karena apa. Dengan begitu bisa negosiasi juga dengan anak," tutupnya.
Editor : Hadi Widodo