get app
inews
Aa Read Next : Bisa Jadi Subtitusi Gandum, Apa itu Sorgum dan Apa Manfaatnya?

Jika Senjata Amerika Digunakan Menyerang Krimea, Rusia Ancam Gunakan Nuklir

Sabtu, 04 Februari 2023 | 21:16 WIB
header img
Dmitry Medvedev . Foto:Ist

MOSKOW, iNewsPantura.id – Rusia mengancam akan mengunakan semua kekuatan senjata termasuk nuklir jika kiriman senjata Amerika digunakan tentara Ukraina untuk menyerang Krimea wilayah Ukraina yang disebut telah jadi bagian dari Rusia lewat Referendum.

Demikian ditandaskan Wakil Dewan Keamanan Rusia yang juga mantan presiden Dmitry Medvedev saat menjawab pertanyaan wartawam soal senjata jarah jauh yang dimiliki Ukraina kiriman Amerika yang diharapkan bias memaksa Rusia meakukan negosiasi.

Medved justru menebarkan ancaman ke Amerika Serikat (AS). Kiriman senjata canggih AS ke Ukraina kata dia, justru hanya akan memicu serangan balasan dari Rusia.Komentar itu disampaikan Medvedev untuk menjawab pertanyaan jurnalis Nadana Fridrikhson, apakah penggunaan senjata jarak jauh oleh Ukraina bisa membuat Rusia duduk untuk bernegosiasi. Fridrikhson melakukan wawancara pribadi dengan Medvedev secara tertulis.

 "Hasilnya justru sebaliknya. Hanya orang-orang gila moral, yang jumlahnya cukup banyak baik di Gedung Putih maupun Capitol (gedung parlemen AS), yang bisa berdebat seperti itu," kata Medvedev, sebagaimana disampaikan kembali Fridrikhson di akun Telegram. Dia lalu mengancam akan menyerang seluruh wilayah Ukraina jika AS terus menerus mengirim senjata canggihnya.

"Seluruh wilayah Ukraina yang berada di bawah kekuasaan Kiev akan terbakar," kata Medvedev. Departemen Pertahanan AS (Pentagon) pada Jumat kemarin mengumumkan paket bantuan terbaru senilai 2,175 miliar dolar AS untuk Ukraina. Dalam daftar paket senjata itu ada roket terbaru yang jangkauannya dua kali lipat dibandingkan senjata yang dikirim sebelumnya.

Medvedev menegaskan, jika senjata itu benar digunakan untuk menyerang Krimea, Presiden Vladimir Putin sudah memiliki rencana jelas. Krimea merupakan wilayah Ukraina yang dicaplok Rusia pada 2014 setelah menggelar referendum. Namun pemerintahan Kiev dan negara Barat tak mengakui hasil referendum itu.

Editor : Muhammad Burhan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut