Harga Gabah Ketan Turun Drastis, Petani Undaan Berencana Kembali Tanam Padi

KUDUS, iNewsPantura.id – Memasuki masa panen di Kecamatan Undaan, Kudus, harga gabah ketan mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya adalah produksi yang melimpah, sementara permintaan stagnan bahkan cenderung menurun.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Undaan Lor, Rohman, menyebutkan bahwa saat ini harga gabah ketan berada di kisaran Rp6.200 per kilogram.
“Masa tanam pertama tahun ini hasilnya bagus. Per hektare lahan bisa menghasilkan 8-10 ton. Hanya saja, harga jualnya turun drastis. Tahun-tahun sebelumnya harga gabah ketan sangat bagus, bahkan pernah mencapai Rp10.500 per kilogram,” ujarnya.
Dalam lima tahun terakhir, memang terjadi pergeseran pola tanam di kalangan petani Undaan, dari menanam padi ke ketan.
Hal ini dipicu oleh pertimbangan ekonomi, karena panen yang melimpah dengan harga jual gabah ketan yang sebelumnya menguntungkan.
“Meski usia panennya lebih panjang dua minggu dibanding padi, perawatannya hampir sama. Baik dari segi pemupukan maupun pengendalian hama,” tambah Darwoto, Ketua Gapoktan Undaan Tengah.
Namun, setelah Menteri Pertanian menetapkan harga gabah pada masa panen raya 2025 tidak boleh turun dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram, para petani Undaan mulai mempertimbangkan kembali untuk menanam padi pada musim tanam kedua (MT 2).
“Bagaimanapun, ini menjadi pertimbangan kami. Tak bisa dipungkiri bahwa harga gabah sangat berpengaruh. Itu yang kami cari dan tunggu,” lanjut Darwoto.
Koordinator PPL Balai Penyuluh Pertanian (BPP), Alfian, mengatakan bahwa pada MT 1, sekitar 80 persen lahan di Kecamatan Undaan ditanami ketan.
“Dari total lahan seluas 5.685 hektare, sebanyak 4.548 hektare ditanami ketan, sedangkan sisanya 1.137 hektare ditanami padi. Meskipun saat ini harga gabah ketan turun, secara kuantitas hasil panennya tetap bagus dan produksinya masih tinggi. Sayangnya, gabah ketan tidak terserap oleh Bulog. Itu yang menjadi kendala,” jelasnya.
Saat disinggung mengenai ketersediaan pupuk, Alfian memastikan bahwa di Kecamatan Undaan saat ini pupuk tersedia dalam jumlah yang cukup.
Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Kudus, Budiono, mengatakan bahwa petani telah lama menunggu kebijakan pemerintah terkait HPP gabah seperti saat ini.
“Harga Rp6.500 per kilogram ini cukup berpihak kepada petani lokal, termasuk di Kecamatan Undaan. Pergeseran pola tanam dari padi ke ketan tidak terlepas dari fluktuasi harga gabah. Kebijakan HPP ini juga tidak membedakan grade atau kelas gabah,” ujarnya.
Budiono berharap kebijakan tersebut dapat bertahan lama dan tren HPP terus meningkat. Menurutnya, Kecamatan Undaan merupakan salah satu lumbung padi di Kabupaten Kudus, sehingga penting untuk menjaga stabilitas produksi dan harga.
“Sayang jika salah satu penopang ketahanan pangan ini bergeser ke ketan. Namun, apa pun yang dipilih petani, selama lebih menguntungkan, harus tetap didukung oleh kebijakan pemerintah lokal, termasuk pengembangan infrastruktur pertanian,” tegasnya.
Editor : Eddie Prayitno