get app
inews
Aa Text
Read Next : Laut, Doa, dan Harapan: Ribuan Warga Saksikan Sedekah Laut di Pantai Genjik Purworejo

Nelayan di Purworejo Larung 65 Tumpeng ke Laut Selatan

Selasa, 22 Juli 2025 | 13:58 WIB
header img
Ribuan Orang Padati Sedekah Laut Merti Jaladri Purworejo

PURWOREJO,  iNewsPantura.id  – Ribuan warga tumpah ruah di Pantai Jatimalang, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Senin (21/7/2025), untuk mengikuti ritual tahunan Sedekah Laut atau Merti Jaladri. Acara adat yang digelar nelayan setempat dalam rangka menyambut datangnya Bulan Suro ini, tak hanya sarat makna spiritual, namun juga menjadi ajang perebutan tumpeng yang berlangsung sengit.

Dari siang hingga sore hari, masyarakat dari berbagai daerah sudah memadati area pantai. Mereka datang tidak hanya untuk menyaksikan prosesi larung sesaji ke Laut Selatan, tetapi juga untuk ikut serta berebut puluhan tumpeng berisi ayam ingkung, hasil bumi, dan aneka sesaji yang dipercaya membawa berkah.

“Ada 65 tumpeng yang dilarung ke laut dan sebagian besar memang diperebutkan warga setelah prosesi sesaji,” ujar Kepala Desa Jatimalang, Suwarto, saat ditemui di lokasi.

Ritual diawali dengan doa bersama yang dipimpin tokoh masyarakat. Sebuah ancak besar—berisi sesaji lengkap—kemudian dihanyutkan ke laut sebagai bentuk syukur atas limpahan rezeki dari Tuhan. Masyarakat Jatimalang menyebut tradisi ini sebagai Merti Jaladri, yang berarti menjaga laut agar tetap memberikan kehidupan bagi nelayan dan warga pesisir.

Namun momen paling dinanti justru terjadi setelah larung sesaji. Ribuan warga langsung menyerbu dan berebut tumpeng yang telah disiapkan panitia. Suasana pun berubah menjadi hiruk-pikuk. Dorong-mendorong tak terhindarkan demi sejumput ubo rampe yang diyakini membawa berkah.

“Saya kira ini luar biasa, bisa menyatukan masyarakat dari berbagai penjuru. Tradisi seperti ini perlu terus dilestarikan,” kata Duta Nugraha, salah satu pengunjung dari Kutoarjo yang ikut berebut tumpeng.

Sedekah Laut Jatimalang bukan sekadar agenda budaya tahunan. Ia adalah penegas identitas lokal, warisan tradisi yang sarat nilai gotong royong, spiritualitas, dan penghormatan terhadap alam. Pada malam harinya, acara dilanjutkan dengan pentas wayang kulit semalam suntuk, melengkapi rangkaian perayaan budaya yang membumi sekaligus sakral.

“Selama laut masih memberi kehidupan, kami akan terus menjaga adat ini,” tegas Suwarto.

Editor : Suryo Sukarno

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut