PEKALONGAN, iNews – Masih maraknya kasus self harm pada anak-anak usia sekolah membuat Dinas Pendidikan Kota Pekalongan tingkatkan Layanan Konseling Pendidikan (Lakondik). Menurut Kabid PAUD dan PNF Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Sherly Imanda Hidayah, kasus self harm saat ini menjadi salah satu kasus yang masih tren di kalangan anak-anak usia sekolah.
Self harm, dalam studi psikologi, disebut pula sebagai perilaku menyakiti diri sendiri. Hal itu dilakukan karena pelaku merasa mendapatkan kepuasan. Beberapa perilaku self harm dapat ditunjukkan melalui kebiasaan melukai bagian tubuhnya sendiri dengan benda tajam, benda tumpul, atau apa saja yang ada di sekitarnya.
Selain itu, juga ditunjukkan melalui perilaku yang cenderung menyakiti diri sendiri seperti menyayat kulit, memukul tubuhnya sendiri, membenturkan kepala ke dinding, atau mencabuti rambut. Tujuannya, tidak lain sebagai pelampiasan emosi yang dirasakan. Dalam beberapa studi disebut pula perilaku tersebut dipengaruhi oleh trauma, masalah sosial, atau pula gangguan mental.
Seperti diketahui, pada tahun 2020, kasus bunuh diri yang dilakukan salah seorang pelajar di Kota Pekalongan menjadi sorotan publik. Pemicu kasus tersebut, sebagaimana diberitakan berbagai media, adalah perasaan tertekan (depresi) atas permasalahan pribadi yang dialaminya.
Sementara, dalam studi lain disebutkan, selama masa pandemi Covid 19, kecenderungan perilaku self harm di kalangan pelajar juga dikhawatirkan mengalami peningkatan. Hal ini dipicu oleh rasa kesepian yang dialami anak-anak usia sekolah selama masa pandemi. Dalam studi tersebut dinyatakan pula, pembelajaran jarak jauh dengan beban tugas yang menumpuk membuat anak-anak usia sekolah punya kecenderungan untuk merasakan kesepian dan depresi.
Sayangnya, sebagaimana diakui Sherly, kasus-kasus semacam itu masih jarang dilaporkan. Sehingga, hal tersebut membuat pihaknya merasa perlu mengoptimalkan kinerja Lakondik. “Tahun lalu, kami hanya memiliki dua psikolog. Sementara tahun ini, jumlah psikolog di Lakondik sudah ada lima orang,” tutur Sherly.
Menurutnya, penambahan personel tersebut akan mampu meningkatkan pelayanan di Lakondik. Dengan demikian, masyarakat Kota Pekalongan dapat dengan leluasa mengakses layanan yang telah diresmikan sejak Mei 2019 lalu. Terutama, dalam hal pendampingan kepada anak-anak yang memiliki masalah psikologis.
Sherly mengungkapkan, sebelumnya pelayanan di Lakondik hanya dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tertentu. Namun, saat ini masyarakat dapat memanfaatkan Lakondik pada hari-hari kerja.
“Kami membuka layanan tiap hari kerja. Mulai hari Senin hingga Jumat pada pukul 11.00-16.00. Namun, khusus bulan Ramadhan layanan dibuka dari pukul 11.00-15.00,” terang Sherly.
Sherly menyebutkan, penambahan tenaga psikolog tersebut membuat tim Layanan Lakondik dapat melayani 2 hingga 5 klien setiap harinya. Namun, hingga saat ini, selama masa pandemi, tingkat konseling pada layanan tersebut cenderung menurun.
Hal tersebut dikhawatirkan akan menyimpan banyak permasalahan di kemudian hari. Sebab, menurut Sherly, rendahnya tingkat konseling tidak mesti menunjukkan tingkat kasus psikologis anak usia sekolah di Kota Pekalongan juga rendah. “Sangat mungkin banyak kasus yang terjadi di lapangan. Namun, karena tidak banyak yang diadukan, maka kasus-kasus ini seperti fenomena gunung es,” ungkap Sherly.
Dijelaskan Sherly, dalam melayani pendampingan kasus self harm, pihaknya menggandeng guru pendamping, sekolah, dan juga rumah sakit. Hal ini dilakukan agar proses pendampingan dapat dilakukan secara tuntas.
Editor : Ribut Achwandi