get app
inews
Aa Text
Read Next : Umbar Rahasia, Israel Pertama Kali Akui Serang Gaza dengan Drone

Duta Besar Palestina Tegaskan Konflik di Palestina adalah Persoalan Politik bukan Agama

Rabu, 18 Mei 2022 | 15:40 WIB
header img
Duta Besar Palestina Tegaskan Pertikaian Palestina adalah Persoalan Politik bukan Agama (Foto: Freepic)

Justru, bagi bangsa Palestina konsep ahlul kitab mendekatkan agama-agama yang ada. Konsep ini menerangkan bahwa orang-orang Yahudi, Nasrani dan Islam memiliki kedekatan karena agama mereka sama-sama semitik atau samawiyah.

“Jadi kami bisa memiliki pola berpikir, pola penerimaan atau pola beragama yang mirip. Jadi sebenarnya tidak ada masalah, kami bisa hidup berdampingan,” tegasnya.

Persoalan selama 74 tahun ini tidak selesai, karena masalah politik yang muncul, dipropagandakan untuk kepentingan tertentu oleh kelompok-kelompok yang berkonspirasi. Tidak mengherankan, katanya, jika krisis di Palestina tidak selesai sampai hari ini.

“Hari ini, kita sudah 74 tahun dalam memori, mengenang apa yang disebut dengan Nakba atau hari ketika pada 1948 Israel menempati Palestina. Sejak saat itu 6,5 juta warga Palestina menjad pengungsi, tersebar di seluruh penjuru dunia, merasakan penderitaan, kedholiman yang dipicu oleh konspirasi politik, oleh beberapa negara, untuk mengelabuhi fakta,” tambahnya.

Zuhair mengingatkan, fakta sejarah membuktikan bahwa Palestina adalah Tanah Air mereka, dan itu tidak bisa dihindari. PBB telah memutuskan pembagian wilayah 56 persen untuk Israel dan 44 persen untuk Palestina. Namun penguasaan wilayah terus dilakukan Israel, hingga hanya 22 persen wilayah yang dikuasai Palestina. Upaya pencaplokan masih terus dilakukan sampai saat ini.

Rektor UII, Fathul Wahid, menyebut penyelenggaraan kuliah umum ini adalah bentuk dukungan universitas tersebut bagi perjuangan bangsa Palestina. Bukan kali ini saja, berbagai bentuk dukungan, terutama penggalanan dana dan sumbangan pemikiran telah dilakukan UII sejak sepuluh tahun terakhir.

“Seperti sudah kita ketahui bersama, Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan itu sendiri,” kata Fathul memberi alasan.

Editor : Hadi Widodo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut