PEKALONGAN,- iNewsPantura.id - Percayakah anda jika ada petugas berseragam polisi yang mengatur lalu lintas selama 44 tahun namun tak pernah mengeluarkan surat tilang dan bahkan tak pernah menerima gaji? Iniah kisah Mugiri Top, Banpol (Pembantu Polisi ) 44 Tahun mengatur lalu lintas tanpa digaji.
Datanglah ke Pekalongan, Jawa tengah, tepatnya di sepanjang Jalan Raya Banyurip, Kota Pekalongan hingga Pasar Ngebrak, Bligo Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan, khususnya saat sore hari ketika jalan di sana padat dan dipenuhi kendaraan para pekerja yang pulang dari pabrik. Anda akan bertemu dengan seorang bapak tua petugas berseragam polisi dengan helm ala polisi tahun 1980an lengkap dengan gagang pistol berwarna cokelat kusam yang terselip di antara ikat pinggangnya tengah sibuk mengatur lalu lintas.
Mugiri (70) atau Pak Top, demikian dia biasa dipanggil, adalah seorang banpol (pembantu polisi) dan bukanlah seorang anggota Polri sehingga memang tak punya kuasa untuk menilang orang yang melanggar lalu lintas. Dia juga tak mendapatkan gaji apalagi tunjangn profesi. Namun dia gigih saat mengatur lalu lintas, mengurai kemacetan, menegur para pelanggar lalu lintas atau anak muda yang ngebut, menggendong anak kecil yang menyeberang , memapah orang tua yang menyeberang hingga ikut mengatur kendaraan saat warga yang rumahnya di tepi jalan raya punya hajat.
"M Top ini kepanjangan dari Mugiri Tua Ompong dan Peot dan saya mulai mengatur lalu lintas sejak Tahun 1978," ujarnya saat ditanya inisial tulisan M TOP di dada kanan seragam banpol yang dikenakannya dan sejak kapan dia mengatur lalu lintas.
Sejak 44 tahun yang lalu dia mengaku mulai mengatur lalu lintas dan tak pernah dapat bayaran. Biasanya dia hanya menerima bingkisan saat hari raya Idul Fitri. "Saya pernah diberi penjelasan bahwa banpol itu gak ada gajinya, tapi gak papa saya senang membantu mengatur lalu lintas,"ujarnya.
Dulu Mugiri bertugas tanpa seragam dan masih merangkap profesi sebagai tukang foto keliling. Sejak tahun 2008 dia tak lagi jadi tukang foto keliling karena sudah ada handhone berkamera. "Sejak orang punya HP dan bisa untuk foto-foto, kerjaan saya sebagai tukang foto keliling tak laku lagi, sejak itu saya full mengatur lalu lintas dan dapat seragam ini," ujar Warga Desa, Wonoyoso, Buaran , Kabupaten Pekalongan.
Meski tak digaji, Mugiri yang pernah dua kali menikah, punya 6 anak dan 12 cucu itu mengaku senang bisa membantu mengatur lalu lintas dan membantu orang di jalan. "Ahamdulilah saya gak digaji tapi saya senang,"ujarnya.
Selain membantu mengatur lalu lintas, Mugiri juga dikenal dekat dengan warga dan ulama. "Pak Mugiri ini luar biasa, sedekahnya banyak sekali dalam bentuk tenaga yaitu membantu mengatur lalu lintas, dia juga dekat dengan ulama," ujar KH Mas Syafrudin Khudhori, salah satu tokoh masyarakat dan ulama di Kabupaten Pekalongan.
Yanto (30), warga lain asal Bligo mengaku senang dengan Mugiri yang dinilai sangat ramah dan ikhlas membantu warga meski tak dibayar. "Menurut saya beliau itu luar biasa dan disayangi warga karena ketulusanya mengatur lalu lintas," ujarnya.
Editor : Muhammad Burhan
Artikel Terkait