Kisah Sedekahnya Orang Miskin

Hadi Widodo
Ilustrasi (Foto: Okezone)

PEKALONGAN, iNewsPantura.id - Dikutip dari Kajian Habib Muhammad bin Yahya bahwasanya Ulbah bin Zaid radiyallahu'anhu adalah salah seorang sahabat Rasulullah dan dia adalah salah satu potret "kedermawanan" si faqir.

Bagaimana si faqir dermawan?.

Ketika itu musim paceklik sedang melanda kota Madinah. Ekonomi kaum muslimin sedang sulit. Musim panas sedang berada di puncak. Angin musim itu juga membawa hawa panas. Debu-debu berterbangan mengotori atap-atap dan halaman rumah penduduk kota Madinah. Kulit serasa diiris, mata perih seperti diteteskan air cuka pada luka.

Bagi penduduk Madinah musim panas seperti itu biasanya mereka lebih memilih untuk istirahat di rumah atau tinggal di kebun mereka sambil memetik kurma muda yg memang lagi ranum-ranumnya. Karena pohon kurma berbuah pada musim panas.

Tahun itu bertepatan dengan Tahun ke 9 Hijrah, satu bulan menjelang Ramadhan. Bagi sahabat Rasulullah perkembangan politik Islam di Madinah sangat luar biasa karena dampak dari pengiriman surat-surat Rasulullah kepada semua Raja yg dikenal oleh bangsa.

Arab yg menambah panas keadaan. Karena dikalangan sahabat sudah tersebar berita akan persiapan bala tentara Romawi sebagai negara yg terbesar saat itu. Sebagai tindak lanjut dari kekalahan Perang Mut’ah, Romawi tidak puas dengan hasil yg mereka diperoleh pada peperangan tersebut, apalagi ini adalah peperangan Arab melawan Romawi yaitu perang Tabuk.

Di sinilah kisah Ulbah bin Zaid. Dia diselipkan oleh sejarah di dalam sejarah perang Tabuk masyhur dikenal "sirr tarikh"(peristiwa-peristiwa yang menyertai sejarah). Peperangan bagi orang Arab pertama kali melawan Romawi.

Kali ini Rasulullah mengabarkan kepada para sahabat tentang tujuan dan rencana untuk melaksanakan peperangan di daerah Tabuk, sebuah daerah yg sangat jauh bagi bangsa Arab pada saat itu. Mendengar adanya seruan jihad ini maka kaum muslimin berbondong-bondong datang memenuhi kota Madinah dari seluruh pelosok negeri. "Bagaimana mereka tidak berjihad di jalan Allah sedangkan Gerbang Syurga yang seluas langit dan bumi akan dibukakan untuknya".

Rasulullah mengajak para dermawan untuk menginfakkan harta mereka guna bekal bagi pasukan yang akan berangkat menuju medan perang. Peristiwa ini dikenal dengan Jaisyul ‘Usroh.

Ulbah bin Zaid adalah dari suku Anshor dari kabilah Aus, adalah seorang fakir dan tidak memiliki harta benda untuk diinfakkan guna mendukung pasukan yg akan pergi berperang. Ia hanya dapat menyaksikan kesibukan kaum muslimin dalam mempersiapkan kelengkapan perang. Semua orang telah melengkapi dirinya dengan perlengkapan perang seperti baju besi, pedang, panah, tombak, unta, kuda dan lain lain. Ia menyaksikan semua itu dengan kesedihan mendalam, karena ia tidak memiliki uang sepeserpun untuk membeli peralatan perang tersebut.

Pagi itu, setelah sholat subuh, ia mendengar Rasulullah bersabda :

“Barang siapa yang mempersiapkan Jaisyul ‘Usroh, untuknya surga”.

Panas dingin rasa badannya mendengar sabda Nabi itu, apalagi dalam peperangan ini Rasulullah tidak menerima mujahid kecuali mereka yang memiliki kendaraan dan kelengkapan perang.

Ulbah juga melihat ketika Rasulullah duduk di Masjid Nabawi, Rasulullah duduk dikelilingi para sahabat. Tiba-tiba Abu Bakar datang sambil membawa uang sebanyak 4000 dirham, lalu beliau serahkan kepada Rasulullah guna keperluan perang. Melihat uang sebanyak itu maka Rasulullah bertanya kepada Abu Bakar :

“Apa yang engkau sisakan kepada keluargamu?”

Abu Bakar menjawab : “Aku tinggalkan Allah beserta RasulNya”.

Untuk itu Rasulullah berkata: “Tidak ada harta yg bermanfaat bagiku seperti harta Abu Bakar.”

Umar datang dengan membawa setengah hartanya. Utsman membawa 1000 dinar dan menyerahkannya kepada Rasulullah. Lalu Beliau mengaduk aduknya seraya berkata : “Tidak ada yang membahayakan Usman dengan apa yg dia perbuat setelah ini.”

Abdurrahman bin auf membawa 200 uqiyah perak, dan disusul oleh para sahabat yang lain masing-masing dengan membawa hartanya.

Para sahabat yang bukan dari golongan berada juga datang berinfak dengan apa yang mereka miliki.

Ashim bin Adi membawa 90 wasaq dari kurma kebunnya, sebagian lagi ada yang membawa dua mud bahkan ada yang hanya satu mud (sebanyak dua telapak tangan orang dewasa). Semua kaum muslimin datang berinfak, kecuali para munafiqin.

Melihat hal itu semua, pulanglah Ulbah dengan membawa kesedihannya. Sampai larut malam ia tidak bisa tidur memikirkan dirinya yang tidak dapat berinfak dan membeli peralatan perang seperti para sahabat lakukan. Dia hanya mebolak-balikkan badannya di atas tikarnya yang lusuh. Selintas timbul dalam fikirannya untuk mengurangi kegundahan hati. Maka ia pun berwudhu lalu melaksanakan sholat. Kemudian ia pun menangis, menumpahkan semua kesedihannya kepada Dzat yang memiliki isi Langit dan Bumi. Lalu ia berdoa sambil mengangkat kedua tangannya:

"Ya Allah, Engkau memerintahkan berjihad, sedangkan Engkau tidak memberikan aku sesuatu yg dapat aku bawa berjihad bersama RasulMu, dan Engkau tidak memberikan di tangan RasulMu sesuatu yg dapat membawaku berangkat. Maka saksikanlah bahwa

sesungguhnya aku telah bersedekah kepada setiap muslim dari semua perbuatan zholim mereka terhadap diriku dari perkara harta, raga atau kehormatan.”

Doa itu ia ucapkan berulang ulang kali seakan akan ia berkata : “Ya Allah, tidak ada yg dapat aku infakkan sebagaimana yg lainnya telah berinfak. Seandainya aku memiliki seperti yg mereka punya, aku akan lakukan untukMu, demi jihad di jalanMu. Yang aku

punya hanya kehormatan, kalau Engkau bisa menerimanya, maka saksikanlah bahwa semua kehormatanku telah aku sedekahkan malam ini untukMu!”.

Subhanallah, alangkah jernihnya doa tersebut keluar dari seseorang yang tidak punya; sebuah kedermawanan dari mereka yg disebut papa.

Pagi harinya, ia mengikuti sholat subuh berjamaah bersama Rasulullah. Telah ia lupakan air mata yg telah tertumpah di atas sajadah tadi malam. Tetapi Allah tidak menyia-nyiakannya, Dia khabarkan semua cerita tersebut kepada Rasulullah melalui perantaraan Jibril.

Selesai sholat, Rasulullah bersabda :

“Siapa yang tadi malam telah bersedekah? Hendaklah ia berdiri.”

Tidak ada seorangpun dari para sahabat yg berdiri, dan Ulbah pun tidak merasa bahwa ia telah bersedekah.

Lalu Rasulullah mendekatinya dan berkata :

“Bergembiralah Ulbah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya sedekahmu tadi malam telah ditetapkan sebagai sedekah yang diterima.”

Alangkah bahagianya Ulbah, doa yang ia panjatkan tadi malam sebenarnya adalah upaya dan usaha dari orang miskin yg tidak punya harta.

Kiranya Allah mendengar rintihan dan jeritannya.

Semoga Allah merahmati Ulbah bin Zaid ra, dengannya kita belajar bahwa tidak selamanya memberi harus dengan materi, bisa juga dengan tenaga dan Doa tulus bagi yang tidak punya apa-apa. Disini kita dapat pelajaran bahwa dengan keterbatasan yang Allah

berikan kita juga dapat berbuat untuk Islam.

(Sirah Sahabat ra).

Editor : Hadi Widodo

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network