Mimpi Jadi Polisi, Kisah Suratmo Warga Pemalang, Kehilangan Rp 900 Juta demi Anak-Anaknya

Suryo Sukarno
Mimpi Jadi Polisi, Kisah Suratmo Warga Pemalang, Kehilangan Rp 900 Juta demi Anak-Anaknya. Foto : iNews/Suryo S

PEMALANG, iNewsPantura.id – Mata Suratmo berkaca-kaca bahkan menangis tersedu sedu, saat ia menceritakan kisah pilunya. Di sebuah desa kecil di Pelutan, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, lelaki 57 tahun ini duduk di rumahnya yang sederhana, didampingi dua anaknya dan sang istri Sutijah (60) . Ia sangat kecewa dan sedih, sawah warisan istri yang telah ia jual demi mengejar mimpi besar, menjadikan kedua anaknya seorang polisi ,ternyata sirna.

"Sebagai orang tua, saya ingin yang terbaik untuk anak-anak saya. Menjadi polisi adalah impian mereka, dan saya ingin membantu mewujudkannya," ujar Suratmo dengan suara bergetar.

Namun, impian itu berubah menjadi mimpi buruk. Tahun 2020, Sutarmo bertemu dengan seseorang yang ia percayai mampu membuka jalan bagi anak-anaknya, Sutirto (28) dan Moh Syukur, untuk bergabung menjadi anggota Bhayangkara. Oknum polisi berpangkat Briptu, berinisial Wr, menjanjikan keduanya akan lolos seleksi jika Sutarmo menyetor sejumlah uang.

Awalnya, Suratmo ragu. Sebagai pembuat gerabah dan pedagang kecil, uang sebesar Rp 900 juta adalah jumlah yang tidak terjangkau. Namun, demi anak-anaknya, ia rela menjual sawah yang menjadi mata pencaharian keluarga.

"Sawah itu warisan dari istri saya. Tapi saya berpikir, kalau ini demi masa depan anak-anak, saya akan lakukan " kenangnya.

Suratmo menyerahkan uang itu secara bertahap dan ada kuitansi bermaterai untuk setiap pembayaran. " Setiap minta uang ada saja alasannya, bahkan mengatasnamakan Kapolda Jateng juga Kapolres Pemalang. Saya memberi uang cash dan minta tanda tangan kuitansi bermaterai, total ada tiga kuitansi." jelasnya. 

Dalam Kuitansi tersebut tertulis, Dari Suratmo untuk pembayaran POLRI atas nama Mohamad Syukur dan Sutirto, dan ditempatkan terdekat. Apabila tidak jadi uang kembali 100 % , dijamin jadi dibayar lunas. 

Awalnya pada 15 Mei 2020 minta rp 75 juta , lalu minta lagi rp 275 juta pada 23 Juni 2020. Dan terakhir pelunasan total rp 900 juta pada tanggal antuan agar anaknya 20 Juli 2020.

 Namun, janji yang diberikan Wr tidak pernah terwujud. Kedua anaknya dinyatakan gagal dalam seleksi.

"Kata Wr, kalau anak saya tidak lolos, uang akan dikembalikan. Tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan," ucap Suratmo dengan nada putus asa.

Keluarga ini sempat mencoba menuntut keadilan. Laporan mereka diterima oleh Polres Pemalang, tetapi empat tahun berlalu, belum ada titik terang. Sementara itu, Sutirto dan Moh Syukur kini bekerja sebagai satpam dan pegawai tidak tetap.

"Kami hanya ingin uang bapak kami kembali. Itu hasil jerih payah keluarga," kata Moh Syukur, penuh harap.

Suratmo menyesali keputusan yang ia buat, tetapi ia juga merasa tidak punya pilihan. "Saya ingin anak-anak saya punya masa depan yang lebih baik dari saya. Tapi sekarang saya kehilangan segalanya," tuturnya.

Meski demikian, Suratmo tidak kehilangan harapan. Ia terus meminta bantuan kepada pihak berwenang, berharap uang yang hilang dapat kembali. "Saya mohon kepada Bapak Presiden, Kapolri, dan Kapolda, tolong bantu kami," pintanya.

Kapolres Pemalang AKBP Eko Sunaryo ketika dihubungi menyebutkan bahwa sudah menerima laporan hal ini. " Kalau itu sudah dalam proses hukum , " jelas Kapolres singkat.

Editor : Suryo Sukarno

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network