KEBUMEN, iNewsPantura.id - Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dikenal dengan kekayaan alam dan kreativitas warganya. Salah satu wujud nyata dari kreativitas tersebut adalah munculnya kerajinan berbahan alami, yakni pelepah pisang dan eceng gondok.
Bahan yang sering dianggap limbah ini ternyata mampu diolah menjadi produk bernilai seni dan ekonomi tinggi.
Produk kerajinan tidak hanya indah tetapi juga bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Kerajinan berbahan pelepah pisang dan eceng gondok telah menjadi sumber penghasilan alternatif bagi sebagian masyarakat Kebumen. Dengan sentuhan kreativitas, produk ini dapat menembus pasar lokal hingga mancanegara. Selain itu, kegiatan ini juga membuka lapangan kerja baru, khususnya bagi ibu rumah tangga.
Produsen kerajinan lokal asal Kebumen, Agrominafiber Java Indonesia, Selasa (16/9) melakukan pelepasan ekspor perdana kerajinan serat alam ke Amerika Serikat.
Pelepasan yang berlangsung di Gedung PLUT KUKM Kebumen ini menjadi tonggak sejarah bagi UMKM binaan Pertamina dan Bank Indonesia tersebut.
Sebanyak enam kontainer kerajinan serat alam dikirim dalam ekspor perdana ini, terdiri dari 9.455 unit keranjang dengan enam tipe berbeda. Tiga tipe di antaranya menggunakan bahan baku pelepah pisang, sementara tiga lainnya dari eceng gondok.
Kisah Sukses Pelaku UMKM.
Adalah Novita Hermawan, salah satu pendiri Agrominafiber, menceritakan perjalanan bisnisnya yang dimulai sejak masa pandemi. Saat itu ia memulai usahanya dengan modal hanya 600 ribu rupiah saja.
"Saat itu kami hanya mempunyai modal 600 ribu rupiah saja," ungkapnya.
Kerajinan dari pelepah pisang mulai ia kembangkan sejak tahun 2021. Bahan baku pelepah pisang sebagian besar berasal dari Kebumen. Namun untuk memenuhi kapasitas produksi yang besar, bahan baku juga didatangkan dari Bojonegoro.
"Alhamdulillah di pertengahan 2025 ini kami mendapat kesempatan untuk kirim secara FDL, ini ekspor mandiri," ujar Novita.
Bupati Kebumen, Lilis Nuryani turut memberikan apresiasi tinggi terhadap pencapaian Agrominafiber. "Saya mengapresiasi Agrominafiber Java Indonesia, perusahaan ini lahir di Kebumen dan tumbuh bersama masyarakat," ujarnya.
Menurutnya, konsep berkelanjutan lingkungan dan pemberdayaan warga desa yang diusung perusahaan ini merupakan contoh nyata.
"Ini membuka lapangan pekerjaan dan mengangkat nama baik daerah di kancah internasional," tambah Lilis.
Sebelumnya, Agrominafiber sudah menjangkau pasar ekspor melalui pengiriman LCL (less than container load) dan produksi untuk merek pihak lain. Namun, ekspor kali ini menjadi pencapaian besar karena merupakan ekspor mandiri dalam pengiriman FDL (full container load).
Pasar ekspor Agrominafiber sudah mencapai Chili dan Argentina. Kini, Amerika Serikat menambah daftar negara tujuan ekspor mereka.
Sementara itu, Rudi Hermawan, pendiri Agrominafiber, menyebut bahwa bisnisnya dimulai pada 2020 dengan memanfaatkan eceng gondok dan pelepah pisang. Rudi, yang merupakan warga asli Kebumen, belajar membuat kerajinan secara otodidak dan kini berfokus pada pelatihan dan pemberdayaan komunitas.
Agrominafiber saat ini melibatkan 80 hingga 90 perajin bahan baku, yang 90% di antaranya adalah perempuan. Selain itu, sekitar 20 perajin terlibat dalam proses produksi produk.
"Kami ingin melibatkan ibu-ibu rumah tangga dan pemuda untuk mendukung lapangan kerja, agar UMKM dari desa kecil bisa mendunia," kata Rudi.
Melalui pelatihan dan pendampingan, Agrominafiber percaya bahwa industri kreatif bisa menjadi solusi nyata untuk meningkatkan kesejahteraan pedesaan, mengubah tangan-tangan terampil menjadi kekuatan ekonomi yang mandiri dan kompetitif.
Harapan ke Depan
Kerajinan ramah lingkungan ini diharapkan terus berkembang melalui inovasi desain, dukungan pemasaran digital, serta peningkatan kualitas produk. Dengan demikian, Kebumen dapat semakin dikenal sebagai daerah penghasil kerajinan kreatif berbasis bahan alami yang unik dan berdaya saing.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait