BANYUMAS, iNewsPantura.id - Akhir-akhir ini, sejumlah pejabat dan mantan pejabat di Banyumas, Jawa Tengah dikabarkan menderita stroke. Hal ini membuat angka penderita stroke di Banyumas terus melonjak. Tercatat stroke telah menyerang mantan Bupati, Kepala Dinas Kesehatan, hingga Direktur rumah sakit.
Kondisi ini membuat RSUD Ajibarang, Kabupaten Banyumas tergerak menggelar Seminar Hari Stroke bertema "Stroke Bukan Akhir" Pencegahan, Rehabilitasi, dan Harapan.
Acara yang diadakan di aula rumah sakit setempat ini diikuti antusias oleh dokter dan perawat dari Puskesmas dan klinik di sekitar RSUD Ajibarang.
Direktur RSUD Ajibarang, dr. Noegroho Harbani, M.Sc., Sp.S sekaligus Spesialis Saraf dan panitia pelaksana menjelaskan, kegiatan ini merupakan momentum peringatan Hari Stroke Sedunia 29 Oktober.
“Kami berpikir, orang-orang yang punya fasilitas saja bisa kena stroke, apalagi masyarakat awam. Di Banyumas, banyak pejabat kena stroke. Ini menunjukkan betapa seriusnya penyakit ini,” tegas dr. Noegroho.
Seminar ini menghadirkan dua narasumber yang kredibel sekaligus inspiratif, yakni dr. Noegroho Harbani, dan Dr. dr. Abdul Gofir, M.D.c., Sp.N., Subsp., Staf Pengajar Neurologi FK UGM dan dokter RSU Sarjito Yogyakarta.
Menariknya, kedua pembicara utama ini adalah penyintas stroke, membuat ilmu yang disampaikan sangat aplikatif.
Dr. Gofir, sendiri dikenal sebagai konsultan stroke, pengarang buku, dan pencipta obat bagi penderita pasca-stroke.
Tujuan utama seminar ini adalah untuk meningkatkan kemampuan tenaga medis primer agar mampu mendeteksi dan merujuk stroke lebih cepat.
“Di stroke ada yang namanya Golden Period, masa emas. Kalau ditangani dengan cepat, hasilnya akan lebih baik. Harapan kami, teman-teman di Puskesmas punya kemampuan deteksi dini yang akurat, sehingga rujukan dan pengobatan bisa lebih tepat,” jelas dr. Noegroho.
Kelompok Rawan Stroke
Noegroho menambahkan bahwa selain wanita pasca-menopause dan pria di atas 50 tahun, saat ini stroke mulai mengancam usia produktif.
“Dengan berkembangnya pola hidup dan stressor yang semakin meningkat, penyakit stroke sudah banyak menyerang di usia produktif, di bawah 50 tahun. Ini yang harus kita waspadai bersama,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu peserta, dokter Varista Rahmalia mengatakan, ia sangat berterimakasih bisa mengikuti seminar ini. Pasalnya, sebagai dokter di Puskesmas Purwojati, ia merasa harus bisa menangani pasien dengan gejala stroke di wilayahnya. "Ini sangat bermanfaat sekali dan selalu dokter di puskesmas, tentunya pengetahuan seperti ini sangat diperlukan," ujar Varista.
Dengan seminar ini diharapkan menjadi alarm sekaligus bekal bagi tenaga kesehatan untuk menekan angka kematian dan kecacatan akibat stroke di Banyumas.
Editor : Suryo Sukarno
