JAKARTA - Negara G20 perlu menyadari bahwa berbagai dampak peristiwa saat ini menyadarkan pentingnya aspek ketahanan pangan berdasarkan Pengamat pangan dan Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan Said Abdullah.
"Harusnya momentum pandemi dan ditambah lagi adanya perang Rusia Ukraina harusnya menjadikan kita sadar sesadar-sadarnya. Situasi itu telah dengan nyata mempengaruhi derajat ketahanan pangan tiap negara," kata Said Abdullah dikutip Antara di Jakarta, Minggu (1/5/2022).
Dalam konteks Indonesia, menurut dia, jangan lagi negeri ini bergantung kepada pasar pangan global ketika negara-negara lain berlomba memperkuat diri sendiri.
Ia berpendapat bahwa sudah cukup jelas, persoalan pangan yang ada saat ini, mulai dari kedelai, minyak goreng, gandum yang berkontraksi, turut mempengaruhi dan menyebabkan situasi ekonomi, sosial politik berpotensi semakin memanas.
"Situasi pandemi makin berat dengan adanya kisruh Rusia Ukraina. Kita tahu kedua negara itu merupakan eksportir pangan dan bahan baku pupuk. Laporan terbaru dari High Level Panel of Experts on Food Security and Nutrition, FAO tahun 2022 menunjukkan bahwa sekurangnya ada 30 negara yang langsung terdampak karena perang ini," katanya.
Selain 30 negara ini, lanjutnya, perang Ukraina Rusia juga menyebabkan goncangan stok dan harga. Hal ini akan dirasakan semua negara importir termasuk Indonesia yang menjadi salah satu importir gandum terbesar di tingkat internasional.
Untuk itu, ujar dia, Indonesia perlu memperkuat diversifikasi produksi pangan pada tingkat desa sampai nasional sehingga RI tidak terlalu tergantung pada pasar pangan global, serta pentingnya membangun sistem pangan yang lebih resilien dan berdaulat.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait