PEKALONGAN, iNewspantura.id – Senyum lega tampak menghias wajah K.H. Muhammad Saifudin Amirin, saat memberikan kata sambut pada upacara peresmian nama Jalan Kiai Ageng Pekalongan. Di hadapan Walikota Pekalongan, Ahmad Afzan Arslan Djunaid, yang didampingi sejumlah pejabat publik Kota Pekalongan, Kiai muda pengasuh Majelis Taklim dan Pondok Pesantren Al Maliki itu menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Pemerintah Kota Pekalongan yang telah meluluskan permohonan dari masyarakat agar jalan yang melintas di depan Pondok Pesantren Al Maliki itu dinamai Kiai Ageng Pekalongan.
Kendati demikian, seperti dituturkan tokoh kharismatik itu, upaya untuk meluluskan permohonan itu tidak mudah. Mesti melalui proses panjang yang menuntut masyarakat memanjangkan napas untuk beberapa waktu. Salah satu kendala yang cukup rumit untuk diatasi adalah proses pengajuan persyaratan administrasi yang harus melalui jalur birokrasi yang panjang.
“Alhamdulillah, semua proses itu dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya. Pada saat Pak Wali akan menandatangani SK perubahan nama jalan, saya sempat melihat kok ada nama Mbah Landung. Tapi Kiai Ageng Pekalongan kok durung (belum) terus. Iki piye (Bagaimana ini) Pak Wali? Mbok tolong, nama Kiai Ageng Pekalongan diangkat, Pak Wali. Dan, alhamdulillah, dua-tiga hari kemudian SK tersebut ditandatangani,” tutur K.H. Muhammad Saifudin Amirin ramah.
Seperti diakui K.H. Saifudin (sapaan akrab beliau), upaya percepatan itu dilakukan dengan agak mendesak Walikota Pekalongan. Pihaknya ingin agar nama Kiai Ageng Pekalongan tidak hilang dari daftar nama yang sudah diusulkan. Sebab, menurut beliau, nama Kiai Ageng Pekalongan merupakan nama yang bukan sembarang nama.
“Beliau, Kiai Ageng Pekalongan, merupakan bagian dari rombongan ulama dari Maghribi. Masih satu rombongan dengan ulama-ulama yang dimakamkan di Wonobodro, Batang,” ungkap K.H. Muhammad Saifudin Amirin.
Menurut beliau, Kiai Ageng Pekalongan merupakan tokoh sentralnya Pekalongan pada masa Kesultanan Demak. Bahkan, beliau merupakan salah satu wali yang diutus oleh Kesultanan Demak untuk berdakwah di wilayah brang kilen (pesisir utara bagian barat yang meliputi Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal).
“Dulu, di era Kesultanan Demak sudah ada pemetaan wilayah dakwah bagi tiap-tiap wali. Kiai Ageng Pekalongan inilah yang diutus berdakwah ke sini. Selain itu, beliau juga merupakan sahabat baik dari Sunan Kudus. Kedua tokoh ini kerap berbagi tugas satu sama lain. Saling mengisi dan saling mendukung,” tutur K.H. Muhammad Saifudin Amirin di hadapan tetamu.
Atas dasar itu pula, penamaan jalan Kiai Ageng Pekalongan menjadi momentum penting bagi Pekalongan. Sebab, jasa Kiai Ageng Pekalongan semasa hidupnya teramat besar bagi Pekalongan dan wilayah dakwah beliau. “Setidaknya, sebagai masyarakat Pekalongan, kita perlu mengangkat nama beliau. Baik sebagai pengingat akan sejarah, juga sebagai teladan. Artinya, setelah nama beliau diangkat, maka perlu upaya untuk menggali keilmuan beliau, pengalaman, serta pemikiran beliau. Agar perjuangan beliau di masa lampau itu dapat menjadi penyemangat kita dalam menyebarkan dan menebarkan kebaikan-kebaikan,” terang K.H. Muhammad Saifudin Amirin.
Salah satu ihwal mengenai ketokohan Kiai Ageng Pekalongan, sebagaimana disebutkan K.H. Muhammad Saifudin Amirin, adalah kebiasaan beliau berkhalwat. Sebagai ulama yang ahli tasawuf, Kiai Ageng Pekalongan senantiasa melakukan khalwat. Dalam keadaan demikian, Kiai Ageng Pekalongan akan memilih bersembunyi dari keramaian.
“Beliau kalau khalwat itu selalu mencuri waktu, mencuri keadaan, dan mencuri suasana. Menyepi dan tidak diketahui oleh orang. Makanya, pada saat khalwat itu beliau berjuluk sebagai Maling Kunti. Yaitu, orang yang mencuri waktu untuk menyendiri, menepi dari keramaian orang-orang. Itu dilakukan untuk merahasiakan kewalian beliau,” ucap K.H. Muhammad Saifudin Amirin.
Lebih lanjut, K.H. Muhammad Saifudin Amirin juga mengungkapkan, sejalan dengan penggantian nama jalan tersebut, Pondok Pesantren Al Maliki yang diasuhnya itu juga memiliki bangunan joglo yang dinamai dengan nama yang sama. Yaitu, Joglo Kiai Ageng Pekalongan. Joglo ini didirikan sebagai pusat kegiatan di pondok pesantren sekaligus menjadi majelis bagi para santri dan jemaah Majelis Taklim Al Maliki, Pekalongan.
“Ini sekaligus menunjukkan adanya sinergi yang terjalin di antara banyak pihak. Termasuk di dalamnya, Pemerintah Kota Pekalongan. Sinergi ini semoga membuahkan keindahan dan akan semakin menumbuhkan keindahan tersendiri bagi Kota Pekalongan dan masyarakat Pekalongan. Apalagi, dalam merancang bangunan-bangunan yang ada di area pondok ini dilakukan melalui berbagai kajian tentang ketokohan Kiai Ageng Pekalongan dan tokoh-tokoh lainnya yang berpengaruh bagi Pekalongan. Seperti salah satunya, gazebo yang ada di area pondok ini yang dinamai Maling Kunti. Dan inilah gol yang indah,” pungkas K.H. Muhammad Saifudin Amirin.
Editor : Ribut Achwandi