Mendapat perlakuan seperti itu membuat mereka ingin membalasnya. Namun, sebelum mereka melakukannya, Al-Syibli berbicara kepada mereka.
“Apa yang hendak kalian perbuat? Bukankah tadi kalian menyatakan diri sebagai muhibbin-ku? Bersabarlah dengan ujian yang datang dariku.” Tuturnya.
Siapa yang tak marah ketika ketulusan hati untuk menyatakan cinta dibalas dengan perlakuan yang membuatnya mengelus dada? Bagi Al-Syibli, salah satu bukti kecintaan adalah mampu bersabar atas segala ujian yang datang dari sesuatu yang dicintai. Seseorang yang menyatakan diri sebagai pencinta harus rela berkorban demi yang dicintainya.
Barangkali kisah di atas sekaligus menjadi kritik bagi para pecinta yang tidak siap terhadap segala konsekuensi dari cinta, yang hanya menerima hal-hal yang membuatnya senang, namun tidak mau menerima resiko yang tidak menyenangkan. Seorang pecinta tidak lagi memikirkan untung-rugi, karena akalnya telah dibutakan oleh cinta itu sendiri.
Editor : Hadi Widodo