Suatu hari, di daerah Khurasan, nampak sekelompok orang sedang melangkahkan kaki ke sebuah rumah sakit jiwa. Mereka nampak begitu antusias bak orang yang hendak menjemput keluarga yang dinyatakan sembuh dari penyakit gila. Usut punya usut, mereka hendak menemui seorang sufi yang berada di rumah sakit jiwa itu. Sufi itu bernama Abu Bakar al-Syibli.
Al-Syibli bukanlah orang gila. Oleh umat Islam yang hidup setelahnya, ia dikenal sebagai salah satu sufi besar. Namun, berbagai perilaku ‘aneh’ yang dilakukannya membuat banyak orang awam yang hidup se-zaman menganggapnya gila. Itulah yang membuatnya harus mendekam di rumah sakit jiwa.
Lain halnya dengan sekelompok orang tersebut, mereka mengetahui sifat luar biasa yang ada pada diri Al-Syibli, mereka pun mengaguminya. Karena itulah mereka pergi ke rumah sakit jiwa untuk menemuinya dan hendak menyatakan diri sebagai muhibbin-nya (pencinta atau pengagum).
Mereka berhasil menemukan ruang yang ditempati oleh Al-Syibli. Saat itu, ia sedang memegang beberapa batu di tangannya. Kebetulan ia tidak mengenali mereka.
“Siapakah kalian?” Tanyanya kepada mereka.
“Kami adalah pendukung dan muhibbin anda, wahai Al-Syibli.” Jawab mereka.
Mendengar jawaban tersebut, Al-Syibli justru melakukan hal yang tak terduga. Ia melempari sekelompok orang tadi dengan batu yang ada di tangannya. Mereka mencoba menyelamatkan diri dari hantaman batu yang dilemparkan.
Editor : Hadi Widodo