Bangsa Indonesia memperingati HUT ke-77 RI. Ada banyak sosok yang berperan penting di balik raihan kemerdekaan Tanah Air. Salah satunya adalah para tokoh Muslimah pejuang kemerdekaan. Banyak Pahlawan Nasional wanita Indonesia yang turut memperjuangkan kemerdekaan RI. Atas jasa-jasanya, negara mengangkat nama-nama tersebut sebagai pahlawan nasional.
Peran mereka sangat penting memproklamasikan hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Para tokoh Muslimah ini tidak takut berjuang melawan penjajah.
Siapa sajakah mereka? Berikut ini beberapa di antaranya, dihimpun dari berbagai sumber 19/08/2022:
1. Siti Walidah
Siti Walidah merupakan merupakan istri dari KH Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah. Sejak Muhammadiyah berdiri, perempuan kelahiran 3 Januari 1872 ini membantu perjuangan sang suami melalui perannya mengusahakan pendidikan.
Dia mengadakan pengajian para wanita yang berada di Kauman, Lempuyangan, Karangkajen, hingga Pakualaman. Dia juga mengajar agama, menulis, serta membaca.
Atas jasanya yang telah dilakukan, Siti Walidah diangkat menjadi pahlawan nasional pada 22 September 1971.
Keumalahayati atau yang lebih dikenal Laksamana Malahayati adalah panglima perang perempuan pertama di dunia dari Kesultanan Aceh. Dia sangat gigih melawan Belanda serta Portugis yang saat itu menduduki Aceh. Kiprahnya dimulai ketika membentuk pasukan laskar Inong Balee.
Dia juga membangun benteng bersama pasukannya yang diberi nama Benteng Inong Balee. Pemimpin laskar Inong Balee ini disegani musuh. Laksamana Malahayati juga turut bertempur di garis depan melawan pasukan Portugis serta Belanda yang ingin menguasai jalur laut Selat Malaka.
Atas perjuangan yang telah dilakukannya, Laksamana Malahayati mendapat gelar pahlawan nasional pada 6 November 2017.
Cut Nyak Dien dikenal karena ketangguhannya ketika memimpin pasukan melawan Belanda di Perang Aceh. Perempuan kelahiran 1848 ini bersama sang suami Teuku Ibrahim Lamnga berada di garis depan untuk melawan Belanda. Nahas, suaminya tewas dalam pertempuran.
Namun, hal tersebut tidak membuat Cut Nyak Dien menyerah. Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar yang merupakan suami keduanya kembali melawan Belanda.
Teuku Umar tewas ketika perang. Cut Nyak Dien pun ditangkap Belanda dan dibawa ke Banda Aceh. Pada 6 November 1908, Cut Nyak Dien meninggal dunia. Atas kegigihannya, dia mendapat gelar pahlawan nasional pada 2 Mei 1964.
Editor : Hadi Widodo