PEMALANG, iNews.id - Cerita rakyat Pemalang Jawa Tengah mengulas Asal Usul Pantai Widuri. Pantai yang menjadi ikon Kabupaten Pemalang tersebut, memiliki asal usul menarik serta menyimpan makna mendalam.
Konon pada zaman dahulu kala, kawasan pantai utara di bagian barat Jawa Tengah ada sebuah gubuk kecil yang dihuni sepasang suami istri yang bernama Kaki dan Nyai Pedaringan.
Jalinan kasih antara mereka berdua sangat kuat, sampai-sampai membuat warga sekitar merasa ikut berbahagia. Mereka mempunyai perbedaan usia yang cukup jauh. Usia Nyai Pedaringan masih sangat belia, sedangkan usia Ki Pedaringan sudah melebihi setengah abad.
Namun karena kuatnya cinta mereka, berbeda usia tidak bisa menghalangi mereka untuk hidup berbahagia. Ki Pedaringan dikenal sebagai sosok pekerja keras yang bekerja sebagai petani palawija dan semangka.
Pada suatu ketika, Nyi Pedaringan sedang menyiapkan sarapan untuk sang suami yang hendak pergi ke ladang. Setelah keduanya selesai sarapan, Ki Pedaringan langsung bergegas menuju ke ladang. Ia takut matahari semakin terik karena jarak ladang dengan gubuknya sangat jauh.
Selang kepergian Ki Pedaringan, tak lama datang sosok pemuda dengan paras yang sangat tampan. Tetapi keadaan lengannya tertancap keris pusaka. Nyi Pedaringan kaget melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya dengan keadaan terluka. "Siapa lelaki itu?," tanyanya dalam hati.
Si pemuda melihat raut muka Nyi Pedaringan kebingungan kemudian ia segera memperkenalkan diri. "Perkenalkan saya Pangeran Purbaya, saya punggawa dari Kerajaan Mataram yang sedang melaksanakan tugas memberantas pemberontakan yang dipimpin Salingsingan di Cirebon,” ucapnya.
Rupanya ada pasukan yang dipimpin oleh Salingsingan ingin menguasai Tanah Jawa dari Mataram, maka dari itu utusan dari Kerajaan Mataram langsung turun tangan untuk menggagalkan niat para pemberontak.
Sesuai dugaan, pasukan yang dipimpin Salingsingan berhasil dilumpuhkan Pangeran Purbaya. Tetapi dengan meninggalkan luka pada lengannya. Dalam perjalanan kembali ke kerajaan, Pangeran Purbaya melihat sebuah gubuk yang berpenghuni.
Editor : KastolaniMarzuki