Ustadz Ahmad Muntaha menceritakan kisah yang ia dapat dari Dr Ngatawi al-Zastrouw, asisten Gus Dur. Tirakat yang dilakukan oleh Nyai Sholichah adalah melantunkan shalawat pada butir-butir beras sebelum di masak. Hal tersebut dilakukan oleh beliau selama bertahun-tahun, hingga menumbuhkan pribadi Gus Dur yang kita ketahui saat ini.
Setiap Malam, Nyai Sholichah memilih dan memilah butir-butir beras terbaik sembari melantunkan shalawat pada setiap butir beras yang dipilih. Beliau memilah butir beras tersebut hingga sekiranya cukup untuk dimasak pada hari itu. Esoknya beliau melakukan hal yang sama.
Setelah butir-butir yang mengandung shalawat tersebut dimasak, beliau akan melarang siapapun menyentuh nasi tersebut kecuali untuk tiga orang, yaitu Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari (ayah mertua), KH Wahid Hasyim (suami), dan anak sulungnya Abdurrahman Ad-Dakhil (Gus Dur).
Dari nasi yang mengandung shalawat itulah Nyai Sholichah menirakati Gus Dur hingga bertahun-tahun.
"Saya benar-benar tidak tahu hingga usia berapa gus dur kecil mendapat perilaku istimewa seperti itu dari ibundanya. Saya hanya penasaran, selain Gus Dur memang sosok jenius secara personal, sosial, dan spiritual, faktor apakah yang menjadikan Presiden Republik Indonesia ke-4 ini bisa sehebat itu semasa hidupnya. Dan, saya memeroleh jawaban dari Dr Ngatawi al-Zastrouw, asisten Gus Dur. ‘Bu Nyai Solichah betul-betul men-shalawati beras itu sebiji demi sebiji,’ ucapnya,” kata Ustadz Ahmad Muntaha.
Editor : Hadi Widodo