Kab. Pekalongan, iNewspantura.id – Salah satu keunikan dalam acara kenduri syukuran dan peresmian jogging track dan lampu lapangan HW Wuled adalah pemakaian daun jati untuk bungkus nasi. Mengapa unik? Karena pemakaian daun jati di hampir setiap hajatan saat ini sudah mulai jarang ditemukan.
Dulu, daun jati menjadi pembungkus nasi berkat. Tetapi sekarang, karena lahan-lahan hutan sudah mulai terdesak oleh pembangunan, pemakaian daun jati boleh dibilang sebagai sesuatu yang langka. Apalagi bagi masyarakat perkotaan.
Wasduki Jazuli, Kepala Desa Wuled, mengungkapkan, jika ia sengaja meminta warganya untuk menyediakan daun jati tersebut. “Pemakaian daun jati itu kan penuh filosofi. Mengandung arti, bahwa kita sebagai bangsa ya mesti tahu jati diri kita. Jati diri itulah yang membungkus rapi apa-apa yang menjadi potensi bangsa ini. Supaya terjaga dan lestari,” ungkapnya.
Selain itu, Wasduki mengaku, dengan menggunakan daun jati, cita rasa masakan yang disajikan bisa lebih terjaga dan memperkuat rasa bumbunya. “Daun jati itu bisa jadi pengawet lho. Masakan bisa awet kalau bungkusnya daun jati. Rasanya juga jadi makin sedap,” kelakar Wasduki.
Sementara, ketika ditanya tentang asal penyediaan daun-daun jati tersebut, Wasduki menjawab, jika daun-daun jati itu dipetik dari kebun-kebun warga. “Di sini masih cukup banyak pohon jati. Di kebun-kebun warga. Jadi, kita ini benar-benar memanfaatkan apa yang ada di Desa Wuled ini. Termasuk daun pisang juga diambil dari kebun warga. Jadi, total ini semua adalah acaranya warga Desa Wuled,” pungkasnya.
Selain itu, dengan pemakaian daun jati, pihaknya meyakini, hal tersebut akan menjadi pembelajaran bagi seluruh warga Desa Wuled pentingnya menjaga lingkungan. Menjaga kelestarian alam. Sehingga, antara pergerakan ekonomi dan kelestarian lingkungan juga dapat digerakkan secara bersama-sama.
Editor : Ribut Achwandi