PEKALONGAN, iNewsPantura.id - Kisah Rasulullah SAW Bagian 114 menarik untuk diulas yang dikutip dari Kajian Habib Muhammad bin Yahya Pekalongan.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.
Di hari penyembelihan yaitu hari kesepuluh Dzulhijjah, setelah waktu Dhuha Rasullullah SAW menyampaikan khotbah dari atas kendaraannya, sedang Ali bin Abi Talib menyuarakan dengan lantang kepada orang banyak. Sedang hadirin ada yang duduk dan ada yang berdiri.
Di dalam khutbahnya Rasullullah SAW mengulangi beberapa hal yang telah disampaikan kemarin.
Syaikhan (dua orang Syeikh Hadits: Bukhari dan Muslim) telah meriwayatkan dari Abi Bakarah dengan katanya:
Bahwa Rasullullah SAW telah menyampaikan kepada kami di hari Nahr (penyembelihan) dengan sabdanya:
“Sesungguhnya peredaran waktu sudah berjalan pada sumbunya yang asal dan menepati putaran sesuai pada hari penciptaan langit dan bumi.
Setahun dua belas bulan, empat darinya adalah bulan haram, tiga bulan berturut-turut yaitu Zulkaedah, Dzulhijjah dan Muharam.
Sedang sebulan lagi ialah bulan Rajab, yang ada di antara Jamadilakhir dan Syaaban”(Sabdanyanya lagi) “Ini bulan apa ?”
Jawab hadirin:
“Allah dan Rasulnya lebih mengetahui, Rasullullah SAW pun diam sesaat, sampai kami mengira Rasullullah SAW akan menamakannya dengan satu nama lain.
“Tidaklah, ini bulan Dzulhijjah?”
Jawab kami: “Benar.”
Tanya Rasulullah lagi:
“Negeri ini, negeri apa?”
Jawab kami:
Allah dan Rasulnya lebih mengetahui.”
Sabda Rasullullah SAW:
“Tidakkah, negeri ini dikenali sebagai “Baldah” ?
Kata kami semua: “Benar”.
Tanya Rasulullah lagi:
“Kita ini di hari apa?”
Rasulnya lebih mengetahui.”
Rasullullah SAW berdiam sejenak hingga kami menyangka Rasulullah akan menukar dengan nama baru.
Kemudian sabda Rasullullah SAW:
“Tidakkah hari ini hari Nahr hari sembelihan qurban?.”
Jawab kami “Benar”
Selanjutnya Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya darahmu, hartamu dan harga dirimu adalah haram diatas kamu sekalian, sama haramnya harimau ini” Dan kamu akan menemui Tuhanmu dan Tuhanmu akan bertanya kepadamu mengenai amal-amalmu, ingatlah agar jangan sekali-kali kamu menjadi sesat setelah kepergianku nanti di tentukan kamu saling bunuh sendiri kepada sesama” Tidakkah telah aku sampaikan?”
Jawab mereka: “Ya!”.
Kata Rasululah:
“Ya Allah Ya Tuhanku saksikanlah, akankah yang hadir di antara kamu ini akan menyampaikan kepada yang tidak hadir. Karena bisa jadi yang menyampaikan itu lebih memahami dari pada yang mendengar”
Rasullullah SAW tinggal di Mina selama hari-hari tasyrik, mengerjakan ibadah dan mengajarkan hukum-hukum syariat, memberikan tazkirah, membetulkan ajaran-ajaran hidayah dari ajaran Ibrahim, menghapuskan syirik dan kesan-kesannya.
Rasullullah SAW juga menyampaikannya di tengah hari-hari tasyrik, dari Abu Daud dengan sanad hadits hasan, riwayat Sarra’ binti Nubhan telah berkata: “Rasullullah SAW telah menyampaikan sabdanya di hari tasyrik itu dengan:
Tidakkah hari ini, hari tengah di antara hari-hari tasyrik.
Sabda Rasullullah SAW itu seperti sabdanya di hari “Nahr” sabda ini disampaikan setelah diturunkan surah Nasr.
اِذَا جَآءَ نَصۡرُ اللّٰہِ وَ الۡفَتۡحُ ۙ
وَ رَاَیۡتَ النَّاسَ یَدۡخُلُوۡنَ فِیۡ دِیۡنِ اللّٰہِ اَفۡوَاجًا ۙ
فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّکَ وَ اسۡتَغۡفِرۡہُ ؕؔ اِنَّہٗ کَانَ تَوَّابًا
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” [An-Nasr (النصر) / 110:1 s/d 3]
Di hari Nafar Thani yaitu hari ketiga belas Dzulhijjah, Rasullullah SAW keluar dari Mina bergerak menuju ke dataran tinggi Bani Kinanah di suatu kawasan tanah lapang. Rasullullah SAW menghabiskan sisa hari di situ hingga ke malamnya, Rasullullah SAW telah menunaikan sholat dzuhur, Asar, Maghrib dan Isya’.
Setelah itu Rasullullah SAW berbaring, kemudian berdiri dan berjalan menuju ke Ka’bah, di sana Rasullullah SAW melakukan thawaf wada’.
Setelah selesai mengerjakan ibadah hajinya, Rasullullah SAW dengan tergesa menaiki untanya dan pulang ke Madinah Mutahharah.
Ini dilakukan karena akan memberi kesempatan kepada mereka untuk beristirahat, karena akan meneruskan kembali berjuang di jalan Allah SWT.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد
Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad
Editor : Hadi Widodo