get app
inews
Aa Text
Read Next : Hari Kedua Mengikuti Retret Sam’ani: Permenungan Diri untuk Siap Bekerja

Gara-gara Pupuk Palsu, Petani Tebu Rugi Ratusan Juta

Selasa, 08 Februari 2022 | 08:10 WIB
header img
Petani Tebu (Pertanian.go.id

JAKARTA, iNews - Diduga gara-gara peredaran pupuk palsu, petani tebu rugi ratusan juta. Pasalnya, pupuk palsu itu telah merusak tanaman tebu.

Soemitro Samadikoen Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) mengonfirmasi adanya petani tebu yang harus merugi Rp240 juta  karena pemakaian pupuk palsu yang mengakibatkan kerusakan tanaman.

"kerugian yang timbul dari pembelian pupuk palsu itu mencapai Rp240 juta diikuti dengan kerusakan tanaman tebu yang sempat disirami pupuk bodong tersebut," kata Soemitro, Minggu (6/2/2022).

Menurut Soemitro adanya anggota binaan yang telah membeli dan menyebarkan kepada anggota lain sebanyak 50 ton pupuk palsu dengan harga Rp4.800 di Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Adapun, pupuk palsu ini dilaporkan telah beredar di sejumlah daerah.

Adapun, kemasan pupuk palsu itu sangat sulit dibedakan karena menggunakan logo dari PT Petrokimia Gresik (PG).

Harga pupuk palsu yang cenderung lebih murah untuk kategori ZA non subsidi saja dibanderol Rp4.800 per kilogram saat harga di pasaran menyentuh Rp6.000 per kilogram. Maraknya peredaran pupuk palsu itu menurutnya, seiring dengan langkanya pupuk subsidi dan non subsidi di tengah masyarakat.

APTRI melaporkan harga pupuk non subsidi untuk petani tebu sudah mengalami kenaikan mencapai 200 persen jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu. Konsekuensinya, biaya produksi gula di tingkat petani mengalami lonjakan yang signifikan.

Tak dapat dipungkiri biasanya, luas kebun satu hektar membutuhkan satu ton pupuk bersubsidi dengan nilai mencapai Rp2,5 juta. Hanya saja, saat ini petani mesti mengeluarkan biaya hingga Rp8 juta untuk mengadakan pupuk non subsidi dengan luas garapan satu hektar.

“Naiknya itu rata-rata 200 persen per satu hektar sehingga biaya produksi pupuk itu naik kalau dulu Rp45 juta hingga Rp50 juta sekarang pasti Rp50 juta lebih, hasilnya sama, yang harus dinaikkan adalah harga gula kalau tidak petani jadi tekor,” jelas Soemitro.

Seperti yang diketahui, Pemberian pupuk palsu tentu saja tidak akan memperbaiki hasil apapun bagi panen petani. Sebab pupuk tersebut tidak mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti pupuk asli. Para petani harus mewaspadai pupuk palsu yang beredar dipasaran dengan berkoordinasi dengan tim Dinas Penyuluhan setempat serta tidak tergiur dengan harga pupuk yang jauh murah.

Editor : Muhammad Burhan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut