Dikira Tawuran Antar Warga, Ternyata Tradis Sawuran Nasi
BLORA, iNewsPantura.id– Acara Sedekah Bumi di Desa Gedangdowo, Kecamatan Jepon, kembali memukau warga dengan tradisi unik yang dikenal sebagai Sawuran Nasi.
Awalnya, banyak yang mengira bahwa kerumunan puluhan warga yang saling serang itu adalah tawuran.
Namun, ternyata mereka tengah merayakan sebuah tradisi yang diwariskan turun-temurun.
Dua tumpeng berisi nasi ditempatkan di tengah kerumunan, dan seketika itu juga, warga maju mengambil nasi dan melemparkannya ke sesama.
Momen ini terlihat mirip dengan keributan tawuran, namun sebenarnya adalah ekspresi kegembiraan dalam tradisi Sawuran Nasi yang dilestarikan oleh warga setempat.
Tradisi ini diadakan sekali setahun, tepatnya saat tasyakuran Sedekah Bumi.
Tumpeng yang merupakan simbol hasil bumi ini diarak dari rumah Kepala Desa menuju sebuah punden, sebelum akhirnya diadakan sawuran oleh pemuda dan warga desa.
Menariknya, meski belum ada doa-doa yang dibacakan oleh pemuka agama, semangat kebersamaan tetap terasa.
Setelah sawuran, suasana menjadi ceria. Para pemuda dan warga tidak merasa dendam, melainkan bersorak gembira sambil menikmati kebersamaan.
Pengunjung yang menyaksikan tradisi ini juga tampak terhibur, tanpa rasa khawatir terkena lemparan nasi.
“Konon, jika tradisi ini tidak dilakukan, hasil bumi dari sawah tidak akan melimpah,” ujar Sutikno, Kepala Desa Gedangdowo.
Selain dua tumpeng yang digunakan untuk sawuran, terdapat juga puluhan tumpeng yang dibagikan kepada pengunjung.
Acara ini semakin meriah dengan sajian kesenian khas Jawa, yaitu wayang kulit, yang turut menghibur para tamu.
"Terhibur, dan ini untuk melestarikan tradisi juga, bagus pokoknya,"ungkap Dyah.
Tradisi Sawuran Nasi ini tidak hanya menjadi ajang syukur atas hasil bumi, tetapi juga mempererat silaturahmi antarwarga.
Dengan semangat gotong royong, masyarakat Desa Gedangdowo terus melestarikan warisan budaya yang kaya ini.
Editor : Suryo Sukarno